SHARE

Pada tanggal 12-14 Januari 2017 diselenggarakan Retret Pegawai 2017. Retret ini dilaksanakan di Hotel Puncak Ayanna, Trawas. Sekitar 120 orang karyawan UK Petra menghadiri retret ini. Sebagai seri ke-4 dari LIGHT, retret ini mengangkat tema Healthy Humility.

Yakub Tri Handoko, Th.M.  membawakan dua sesi pertama retret ini. Sesi 1 bertajuk “Debu di Mata Tuhan”, dan sesi 2: “Kesombongan dan Kerendahhatian”. Dalam sesi 1, ia mengajak kita melihat kerendahhatian dengan merenungkan doa Musa dalam Mazmur 90:1-17. Di sesi kedua kita melihat bagaimana Alkitab bisa menuntun kita untuk senantiasa semakin tidak sombong. Dosa yang mencegah manusia untuk rendah hati adalah kesombongan. Kesombongan disebabkan oleh: (1) penggunaan alat ukur yang salah, dan (2) ketidaksesuaian dengan realita. Doa Musa bisa membantu kita menghindari kedua hal ini. Mazmur 90:1-3 memberikan pada kita pengenalan akan Allah, dimana Allah itu kekal dan semua yang terjadi dalam hidup kita berada di bawah kedaulatan Allah. Mazmur 90:4-11 memberi pengenalan akan manusia, dimana hidup manusia adalah sementara. Mazmur 90:12-17 adalah respon dari pengenalan akan Tuhan dan diri sendiri. Respon ini mengingatkan kita akan sudut pandang yang benar dan sesuai dengan realita.

Sharing Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Ir. Frederik Jones Syaranamual, M.Eng.menutup hari pertama retret. Dari Mikha 6:8, Jones mengatakan bahwa ada tuntutan dari Tuhan bagi kita untuk berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati. Secara khusus mengenai rendah hati, Pak Jones memberikan kisi-kisi mengenai orang yang mencoba rendah hati, yaitu: (1) dalam kondisi apa adanya; (2) menerima saran dan kritik; dan (3) menerima orang lain dan tidak mengkritik.

Timotius Wibowo, S.Th., M.K. membawakan sesi 3 dan 4. Judul sesi 3 adalah “Kesatuan melalui kerendahan hati”. 1 Kor:1-31,  mengilustrasikan bagaimana Paulus berpesan kepada jemaat Korintus untuk bekerjasama sebagai “satu tubuh dengan banyak anggota’. Kerjasama ini diibaratkan seperti suatu mesin. Kerendahhatian berfungsi layaknya oli dalam suatu mesin, mengurangi gesekan dan meredakan suasana yang panas. Sesi 4 bertajuk “Menjadi Seperti Anak Kecil”. Matius 18:1-4 mengatakan bahwa orang yang besar di kerajaan sorga adalah orang yang merendahkan diri seperti layaknya anak kecil.

Tiba saatnya sharing oleh Wakil Rektor II, Agus Arianto Toly, S.E.,Ak.,M.S.A. Pak Agus mensharingkan pemahaman tentang kerendahan hati yang didapatkan dari suatu blog (henkykuntarto). Dimulai dengan kutipan dari Anthony de Mello “Kegelapan tidak bisa diusir dengan sapu … tetapi dengan terang”. Apabila kita ingin bergerak dari gelap ke terang, sebaiknya kita memakai strategi maling di rumah yang kosong. Diumpamakan emosi kita adalah sebuah rumah. Kesombongan adalah maling. Barang-barang dalam rumah itu adalah: 1) harga diri, 2) intelektualitas, dan 3) logika keras – yang merupakan kebalikan dari kelemahlembutan. Apabila kita kosongkan rumah dari barang-barang, maka maling tidak akan bisa mencuri apa-apa.

Sharing Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng. menutup kegiatan di hari kedua.  Djwantoro mengangkat suatu anekdot: kita mungkin mengenal juara cabang sprint 100m di olimpiade 2016, tapi kita kemungkinan besar tidak mengenali juara olimpiade pertama. Muncul pertanyaan: apa perlu terus melakukan yang terbaik? Jawaban dalam kerendahhatiannya adalah: perlu, untuk memberikan nilai dalam kefanaan Efesus 2:10 menjelaskannya: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.

Sesi kelima dibawakan oleh Rektor UK Petra, Prof. Ir. Rolly Intan M.A.Sc., Dr.Eng. dengan judul “The Development of Christ-centered Leadership”. Rolly menyebutkan dua aspek humility, dimana yang pertama adalah relasi dengan Tuhan. Kita harus menyadari bahwa sebagaimana kita adanya adalah miskin di hadapan Tuhan, dan Tuhan mengasihi orang yang rendah hati. Aspek kedua adalah relasi dengan sesama. Dalam aspek ini kerendahhatian adalah sikap dimana kita mengutamakan orang lain. Sikap ini hanya bisa kita terapkan dengan ditopang oleh relasi dengan Tuhan.

Mengenai kepemimpinan, Kejadian 1:26 mengimplikasikan bahwa setiap kita memiliki tugas untuk melakukan kepemimpinan. Rolly mengutip Billy Graham “When wealth is lost, nothing is lost; when health is lost, something is lost; when character is lost, all is lost”. (noel/dit)

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here