SHARE

Globalisasi adalah proses mengglobal yang pasti terjadi. Dari globalisasi, kita berinteraksi dengan berbagai macam karakter dan budaya khas dari berbagai bangsa di dunia. Salah satu dari interaksi budaya ini adalah generasi muda Indonesia yang terlihat “menerima” dengan kebudayaan Korea. Bagaimanakah sebetulnya kebudayaan Korea itu? Apakah kesempatan yang bisa kita dapatkan dengan interaksi dengan bahasa Korea?

Pada tanggal 25 November 2016 Pusat Karir UK Petra bekerja sama dengan King Sejong Institute menyelenggarakan seminar karir dengan tajuk ‘Why Korean?’ di Auditorium UK Petra. Seminar ini dihadiri oleh sekitar 70 peserta dari dalam dan luar Universitas Kristen Petra (UK Petra). Seminar ini menghadirkan tiga pembicara, yaitu: Drs. Yusuf Imam Ibrahim, MTESL., dosen pengajar Prodi Sastra Inggris UKP; Hanum Puspa Anggraini, Human Resource Manager PT. Posco Indonesia Intl., dan Hahn Gin Aa, founder Myoung Ga Restaurant.

Yusuf dihadirkan sebagai pembicara pertama. Ia mempresentasikan materi bertajuk ‘Why Another Language?’. Dalam sesi ini peserta diperkenalkan pada pengkategorian penguasaan bahasa dan juga diberikan gambaran akan keuntungan menguasai beberapa bahasa. Dengan menyitir Ludwig Wittgenstein, “The limits of your language are the limits of your world”, ia menggambarkan bahwa dengan penguasaan bahasa yang terbatas, wawasan kita juga akan terbatas. Apabila kita menguasai dua bahasa, kita akan bisa melakukan komparasi atas informasi yang kita terima. Dengan adanya komparasi tersebut, maka analisa yang kita lakukan akan  lebih baik. Keuntungan lebih lanjut yang bisa didapati dari kemampuan meningkatnya analisa ini adalah keunggulan akademis karena kita akan menjadi pemikir yang lebih baik dengan penguasaan lebih banyak bahasa.

Dalam sesi kedua, Hanum memperkenalkan budaya bekerja di perusahaan Korea. Perusahaan dimana Hanum bekerja adalah perusahaan Korea, dan ia juga pernah tinggal di Negeri Ginseng tersebut untuk belajar ilmu hukum. Hanum memulai topiknya dengan sekilas perkenalan perekonomian Korea Selatan agar para peserta memiliki gambaran latar belakang yang mempengaruhi budaya kerja di perusahaan-perusahaan Korea. Korea Selatan adalah negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia. Pada tahun 2016, Korsel tercatat sebagai eksportir terbesar ke 9 di dunia dengan peringkat Gross Domestic Product ke 11 di dunia. Hanum kemudian menggambarkan budaya perusahaan Korea, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Kompetitif; (2) Penggolongan masyarakat berdasarkan status dan kelas sosial; (3) Jabatan seseorang memiliki wewenang tertentu.
Sesi ketiga adalah saat Hahn Gin Aa membagikan pengalamannya mendirikan usaha kuliner di Surabaya. Dari sharing ini, kita bisa melihat sudut pandang orang Korea berbisnis di Indonesia. Hahn Gin Aa datang ke Indonesia pada tahun 1998 atas dasar ketertarikannya berwisata. Ia kemudian menghabiskan satu tahun untuk mempelajari bahasa dan mencari peluang usaha di Indonesia. Dalam masa itu, ia kehabisan uang dan harus sesegera mungkin memulai usahanya. Saat itu lah ia memulai bisnisnya, Myoung Ga Korean Restaurant. Ia mengatakan bahwa apabila orang Indonesia bekerja dengan orang Korea, maka orang Indonesia perlu untuk banyak bersabar. Hal ini dikarenakan orang Korea suka melakukan segala sesuatu dengan cepat dan berkesan membuat orang tergesa-gesa.

Dengan diadakannya Seminar “Why Korean?” ini diharapkan manfaat menguasai bahasa dan memahami budaya kerja Korea akan bisa lebih dipahami. Selain itu, diharapkan juga para peserta bisa melihat peluang studi dan berkarir di Korea. Lina, ketua panitia seminar ini mengatakan  “Semoga seminar ini bisa membuat peserta mendapat informasi tentang bekerja di korea dan juga persiapan-persiapan  apa saja yang dibutuhkan”. (noel/dit)

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here