SHARE

Dunia kuliner adalah segi kehidupan yang belakangan ini sedang naik daun. Dalam nuansa ini kita bisa melihat berbagai macam literatur kuliner bermunculan. Dari kumpulan resep sampai dengan kompilasi foto petualangan kuliner bisa kita temukan di berbagai toko buku maupun situs internet. Ketika wisata dan petualangan kuliner menjadi sesuatu yang sangat diminati, Komunitas Bambu mengangkat satu buku kuliner klasik. Buku Mustikarasa tidak hanya menyasar rasa penasaran para penikmat kuliner, akan tetapi juga mengajak para pembacanya untuk mengevaluasi kembali persepsi atas sejarah budaya Indonesia melalui kuliner dari masa presiden pertama Indonesia.

Pada tanggal 3 November 2016, Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra menyelenggarakan Seminar “INDONESIA MASA ORDE LAMA: INGATAN DAN WARISAN”dan Bedah Buku “MUSTIKARASA: RESEP MASAKAN INDONESIA WARISAN SUKARNO”. Acara ini menghadirkan dua narasumber yaitu: J. J. Rizal, seorang sejarawan dan penulis yang memberikan kata pengantar buku Mustikarasa; dan Antonio Carlos, seorang pengamat kuliner dan pendiri haphap.com. Acara ini dihadiri sekitar 200 orang yang terdiri dari mahasiswa, staf UK Petra dan masyarakat umum. Obed Bima Wicandra, S.Sn., M.A., Sekretaris Program Studi DKV UK Petra membuka acara ini dengan sambutan. Menurutnya, acara ini akan mengajak kita untuk mengeksplorasi apa ingatan kita tentang orde lama, apa yang mengendap dalam ingatan kita, dan bagaimana ingatan ini bisa menjadi warisan kita untuk masa depan.

Dalam sesi seminar, Rizal mengajak audiens untuk melihat kembali pada ingatan yang dimiliki tentang istilah ‘Orde Lama’. Kata ‘Lama’ di dalam idiom ini memiliki makna tersembunyi bahwa ada orde yang lebih baru dan lebih baik sudah menyusul. Ia kemudian mengajak audiens untuk merenungkan suasana bermasyarakat yang terjadi saat istilah tersebut dicetuskan. Menurutnya, penguasa Indonesia di masa Orde Baru menerapkan politik de-Soekarno-isasi. Dimana kepentingan penguasa saat itu adalah untuk menanamkan persepsi bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan Orde Lama adalah buruk, dan Soekarno sebagai figur besar Orde Lama perlu dilihat sebagai figur yang buruk pula. De-soekarno-isasi ini bisa dilihat melalui dibuatnya desas-desus bahwa Soekarno adalah keturunan Belanda untuk mendistkreditkan nasionalismenya; kabar burung bahwa Soekarno memakai ilmu perdukunan untuk mempertahankan kekuasaan; dan juga penanaman persepsi yang memojokkan Soekarno terkait dengan peristiwa penculikan Dewan Jenderal dan komunisme.

Wawasan yang benar atas situasi dan pencapaian Indonesia pada masa Soekarno akan memungkinkan kita untuk melihat warisan historis ini sebagai inspirasi atau motivasi pada masa depan. Rizal memaparkan karya-karya ikonik yang dibuat pada masa Soekarno, contohnya: Stadion Gelora Bung Karno yang dibangun dengan bantuan dari Uni Soviet; Jalan Bypass Semanggi di depan gedung DPR yang dibangun sebagai hasil kemenangan diplomatis atas Amerika Serikat; dan gedung pertokoan (mall) pertama Indonesia, Gedung Sarinah, yang menjadi perangsang kemajuan ekonomi yang signifikan di Indonesia.

Buku Mustikarasa dengan caranya yang khas memberikan wawasan tersendiri akan masa Orde Lama. Buku yang pertama kali terbit pada tahun 1967 ini adalah hasil dari prakarsa Soekarno yang menginginkan adanya upaya mendokumentasi kekayaan budaya kuliner nusantara. Dalam buku ini, selain terkompilasi berbagai resep masakan dari kemajemukan budaya Indonesia, juga terdapat deskripsi politik yang berkaitan dengan pangan pada masa itu.
Warisan budaya Indonesia ini diterbitkan ulang oleh Komunitas Bambu dengan format yang melestarikan semangat sesuai jamannya. Hal ini dapat dilihat dari desain cover buku yang tetap sama dengan buku aslinya yang familier bagi masyarakat Indonesia. Ejaan yang dipakai juga tetap memakai Ejaan van Ophuysen (contoh: penulisan cangkir = tjangkir) untuk menjaga kesan aktual pada masanya. Pada akhirnya, selain sebagai warisan budaya, buku setebal 1.123 halaman ini bisa meningkatkan khazanah masakan para pegiat kuliner Indonesia di masa kini. (noel/dit)

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here