SHARE

Apakah yang Anda ketahui tentang nilai uang? Bagaimanakah perubahan nilai uang? Bagaimanakah sikap yang bijaksana dalam mengelola keuangan? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah pertanyaan khas di dunia masa dengan nuansa ekonomi yang tidak stabil. UK Petra sebagai instansi pendidikan memberikan jawaban atas pertanyaan ini melalui seminar nasional mengenai saham.

Pada tanggal 11 November 2016, dilaksanakan Seminar Nasional bertajuk “Money Never Sleep. Seminar ini bertempat  di Auditorium UK Petra. Program Studi Manajemen Keuangan sebagai panitia menghadirkan Haryajid Ramelan, SE., MM., CSA®., CRP®., CFP®., RFC®., CPRM®., CRMP®., RIFA®., Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia sebagai pembicara utama. Seminar yang dihadiri lebih dari 600 orang dari dalam dan luar Universitas Petra ini dipandu oleh Sautma Ronni Basana, S.E.,M.E.,RFC.,CFP dosen pengajar di Program Manajemen Keuangan UK Petra.

Sautma membuka seminar dengan memberikan pengantar tentang keuangan bagi para peserta. Ia memaparkan kondisi ekonomi dari sudut pandang mikro dan makro. Menurutnya hal yang perlu digarisbawahi terkait dengan pengelolaan keuangan adalah nilai uang tidak selalu sama. Di Indonesia, kita selalu dihadapkan pada laju inflasi dimana nilai uang menurun. Konsekuensinya, uang yang disimpan dan tidak digunakan nilainya selalu berkurang. Premis bahwa nilai uang walau pun disiplin disimpan di tabungan akan selalu berkurang mengumpani pertanyaan atas bagaimana cara menabung dengan benar. Peserta seminar dipuaskan atas pertanyaan ini di sesi selanjutnya.

Sesi Haryajid bertajuk “Opportunities & Challenges: Investment in the Capital Market”. Haryajid memulainya dengan memperkenalkan dirinya. Pemegang lebih dari tujuh  sertifikasi di bidang keuangan ini menuturkan pengalaman karirnya selama 23 tahun di dunia pasar modal. Menurutnya pencapaian yang ia dapatkan saat ini adalah karena pintar menabung.
Menabung yang benar menurut Haryajid adalah investasi. Investasi sendiri diartikan sebagai kegiatan konsumsi yang ditunda. Untuk lebih memahami ini, diangkatlah rumus Y = C + I. Dimana Y adalah Income (pemasukan), C adalah Consumption (konsumsi), dan I adalah Investment (investasi). Seumpama pemasukan adalah sesuatu yang konstan, maka semakin kecil konsumsi semakin besar investasi. Dengan ini maka satu premis baru ditambahkan. Dari awalnya menabung yang benar adalah investasi, kini investasi semakin besar jika konsumsi berkurang. Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana investasi yang benar?

Ketua beberapa asosiasi profesi pasar keuangan ini menjawab pertanyaan itu dengan ilustrasi biografi Warren Buffet, pakar pasar modal dunia. Buffet adalah pemilik 350 perusahaan yang sudah go public di Amerika Serikat. Haryajid mengisahkan bahwa Buffet bisa seperti itu karena sejak kecil sudah belajar investasi. Buffet pada awal karirnya sebagai investor mempelajari penanaman modal dari Benjamin Graham, seorang analis saham. Jadi dari ilustrasi ini diangkatlah jenis investasi yang benar adalah dalam bentuk kepemilikan saham.

Selanjutnya ia memaparkan prospek pasar saham secara khusus di Indonesia. Dari sekian banyak perusahaan di Indonesia, baru 535 yang sudah go public. Hal ini menunjukkan prospek bahwa akan ada banyak kesempatan Initial Public Offering (penawaran saham perdana) ketika perusahaan yang belum go public itu menjadi terbuka. Dari 535 perusahaan terbuka itu saja, nilai pasar saham Indonesia sudah sebesar 800 triliun rupiah. Disimpulkan bahwa pasar saham Indonesia cukup bernilai dan memiliki prospek dan potensi yang bagus.

Haryajid memaparkan cara investasi yang ideal. Investasi saham pada dasarnya memiliki resiko. Ada dua macam analisa saham yang bisa dipakai agar resiko tersebut terminimalisir, yaitu: analisa fundamental dan analisa teknikal. Kedua cara ini bisa dipelajari dan dilatih. Haryajid menganjurkan agar kita semua melakukan sendiri investasi apabila hendak memulai investasi dalam bentuk saham. Produk perbankan yang menawarkan pengelolaan modal, seperti reksa dana, asuransi, atau broker saham juga memiliki resiko. Lebih baik belajar melatih diri daripada membiarkan tabungan kita dikelola orang lain. (noel)

Facebook Comments
SHARE
Previous articleStand Up for Love
Next articleTeknik Industri

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here