SHARE

Mahasiswa di Indonesia memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan Tridharma Perguruan TInggi. Salah satu pengamalannya adalah pengabdian pada masyarakat. Untuk melaksanakan tugas tersebut sebanyak 55 orang mahasiswa mengikuti Community Outreach Program (COP) dan membaktikan diri selama 2 minggu mulai tanggal 27 Juli-4 Agustus 2017 di saat liburan mereka untuk membantu membangun desa tertinggal di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Rombongan mahasiswa ini terdiri atas 3 mahasiswa dari Fu Jen Catholic University Taiwan; 2 mahasiswa Education University Hong Kong; 21 mahasiswa dari Universitas Kristen Petra; dan 29 mahasiswa dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang (Unwira). Mereka tergabung dalam program COP Kupang yang diprakarsai oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UK Petra.

Rombongan COP tiba di kota Kupang pada tanggal 20 Juli 2017. Keesokan harinya pada tanggal  21 Juli 2017, para mahasiswa mendapatkan pembekalan terlebih dahulu di Unwira. Pada tanggal 22 Juli, mereka sudah tiba di lokasi pengabdian mereka di Dusun Sublele, Desa Sillu, Kecamatan Hatuleu, Kabupaten Kupang. Dusun Sublele berjarak dua  jam perjalanan mobil dari kota Kupang yang dihuni oleh 75 kepala keluarga. Selama di dusun Sublele, ke-55 mahasiswa peserta COP ini tinggal bersama warga dusun di 28 rumah yang ada.

Dusun Sublele berada di dataran tinggi dan memilki iklim yang kering. Ketika siang hari suhu sangat panas, dan ketika malam hari sangat dingin. Dusun ini membutuhkan gedung untuk sekolah Pendiidkan Anak Usia Dini (PAUD), dimana PAUD sudah ada akan tetapi diselenggarakan di rumah warga. Listrik untuk keperluan desa sudah ada akan tetapi masih sangat terbatas dan bersumber dari satu mesin generator. Permasalahan kekurangan listrik ini bisa dilihat sebagai kesempatan pengembangan diri mahasiswa, dimana mereka mau tidak mau harus bisa terlepas dari berbagai gadget yang dimilikinya karena mereka hanya diperbolehkan mengisi baterai satu kali dalam 3 hari. Potensi pengembangan yang dimiliki oleh Dusun Sublele adalah: terdapatnya satu mata air yang belum terkelola secara maksimal; dan ada lahan yang tidak terpakai.

Para peserta dibagi menjadi tiga kelompok dimana masing-masing kelompok akan mendapat tugas mengerjakan proyek fisik dan non fisik untuk membantu warga Dusun Sublele. Kelompok pertama bertugas membangun sarana fisik gedung untuk PAUD dan kemudian melaksanakan kegiatan belajar mengajar di PAUD tersebut. Kelompok membangun 2 unit rumah kompos dan 1 bak reservoir irigasi yang memanfaatkan luberan dari mata air yang ada. Dengan sistem ini, mata air yang semula tidak terkelola dengan maksimal bisa mengairi lahan kosong yang tidak terpakai. Proyek non fisik kelompok kedua adalah bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Kupang memberikan pelatihan kompos untuk memberdayakan warga memakai rumah kompos. Dengan adanya kompos dan irigasi, diharapkan budi daya pertanian di Dusun Sublele bisa berkembang dan meningkatkan taraf hidup warga. Selain itu, kelompok ini juga memberikan pengajaran di SMP Swasta Nusa Timor. Kelompok ketiga mendirikan 2 unit kolam lele terpal. Bekerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kupang yang memasok bibit ikan, kelompok ini memanfaatkan ketersediaan lahan dan bibit ini untuk membangun kolam yang akan bisa meningkatkan perekonomian warga dusun. Selain itu kelompok ini juga melakukan pengajaran di Sekolah Dasar setempat.

Tanggapan positif datang dari Kepala Dusun Sublele, Osias Tob. Osias mengatakan, “Kami diberkati dengan ada pembangunan di desa kami. Kegiatan ini bisa membuat adanya percepatan pembangunan di desa kami”. Elisabeth Kurniawan, seorang mahasiswa Prodi Sastra Tionghoa UK Petra merasa senang mengikuti COP ini. Ia bisa bertemu teman baru, saling bertukar pikiran dan memperluas wawasan tentang banyak hal. Selain itu ia juga bisa melatih kemampuan berbahasa sesuai dengan jurusannya karena ada peserta dari Taiwan di kelompoknya. Mengenai pengalaman pribadinya di desa, Elisabeth mengatakan “Awalnya sulit bagi saya untuk hidup dengan apa yang ada di desa, namun setelah beberapa hari tinggal di sana saya mulai bisa beradaptasi baik dengan lingkungan maupun warga desa dan bahkan saya menikmati kehidupan saya di sana”. (noel/Aj)

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here