SHARE

Penyediaan akses untuk penyandang disabilitas masih belum merata. Dengan tersedianya fasilitas yang mudah diakses, penyandang disabilitas akan bisa meningkatkan prestasi dan juga kontribusinya bagi masyarakat. Perpustakaan sebagai public space merupakan fasilitas pendidikan yang sangat penting. Oleh karena itu maka aksesibilitas pada perpustakaan harus diperhatikan, baik dari sisi aksesibilitas fisik maupun aksesibilitas terhadap resources perpustakaan. UK Petra sebagai instansi penyelenggara pendidikan tinggi turut berperan serta dalam meningkatkan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas melalui kegiatan bersama dari Perpustakaan, Program Studi Desain Interior, dan Program Studi Arsitektur UK Petra yaitu Seminar Nasional bertajuk “Menuju Perpustakaan Ramah Disabilitas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016”.

Seminar nasional yang dihadiri sekitar 70 pegiat dari bidang kepustakaan, arsitektur, dan desain interior ini dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2017 di Ruang Konferensi 4 Gedung Radius Prawiro Lt. 10 Universitas Kristen Petra. Dalam seminar ini para peserta, khususnya  para pustakawan, dibekali wawasan tentang pelayanan bagi para penyandang disabilitas. Negara telah menetapkan sikap dan petunjuk terkait dengan penyandang disabilitas. Hal ini termaktub dalam UU RI Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Berdasarkan undang-undang ini, hak-hak para Penyandang Disabilitas diregulasikan. Pada pasal 5 undang-undang ini dinyatakan bahwa penyandang disabilitas memiliki hak-hak yang sama dengan non penyandang disabilitas yaitu hak untuk hidup, bebas dari stigma, privasi, pendidikan, kesejahteraan sosial, aksesibilitas, dan pelayanan publik. Pada kenyataannya selama ini, hak-hak tersebut masih belum terpenuhi. Sebagai gambaran, di Jawa Timur belum ada perpustakaan yang memberikan aksesibilitas pada penyandang disabilitas.

Narasumber dalam seminar ini adalah: Dr. Yusita Kusumarini, S.Sn., M.Ds., Dekan Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra selaku Ketua Tim Research Project; Gunawan Tanuwidjaja, S.T., M.Sc., Dosen Prodi Arsitektur UK Petra selaku inisiator proyek; Dr. Arina Hayati, S.T., M.T., Dosen Prodi Arsitektur ITS Surabaya yang penyandang disabilitas selaku narasumber untuk proyek; Dra. Labibah Zain, M.LIS., Kepala Perpustakaan dan dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sudah mulai menyediakan aksesibilitas di perpustakaan. Para narasumber membagikan wawasan pentingnya aksesibilitas dalam perpustakaan melalui pemaparan program “Improving Accessibility of All Users in Petra Christian University Library” (Peningkatan Aksesibilitas Semua Pengguna di Perpustakaan Universitas Kristen Petra) yang dibiayai oleh United Board of Christian Higher Education in Asia. Dalam program ini, tim multi-disiplin yang terdiri dari Manajemen Perpustakaan, Dosen Desain Interior dan Dosen Arsitektur UK Petra memformulasikan desain partisipatif untuk perbaikan aksesibilitas di Perpustakaan UK Petra. Proses desain partisipatif program yang dilaksanakan antara Juni 2016 sampai dengan Juni 2017 ini secara aktif melibatkan para pemangku kepentingan perpustakaan, terutama para pengguna khusus termasuk penyandang disabilitas, orang lanjut usia, wanita hamil, dan juga anak-anak. Desain yang dihasilkan program ini adalah antara lain: desain guiding tile dari pintu masuk ke seluruh fasilitas yang ada di perpustakaan untuk meningkatkan kemandirian penyandang disabilitas netra; desain pencahayaan di area duduk untuk penyandang disabilitas limited vision; desain Special Assistance Corner (Sudut Layanan Pengguna Khusus); lift internal untuk pengguna khusus karena Perpustakaan UK Petra memiliki 4 lantai yang antara lantainya hanya bisa diakses melalui tangga; dan desain toilet untuk penguna khusus. Yang perlu digarisbawahi dalam menyediakan aksesibilitas adalah mengupayakan kemandirian untuk bagi pengguna khusus. Billy Setyadi Karunia, S.I.P., M.A., Ketua Panitia Seminar Nasional dan Pustakawan di Perpustakaan UK Petra mendeskripsikannya sebagai, “Perpustakaan dikunjungi siapa pun. Selama ini kita hanya fokus ke yang bukan penyandang disabilitas. Pustakawan harus memahami bahwa penyandang disabilitas adalah juga pengguna kita. Dan juga, memberikan aksesibilitas adalah memberikan kemandirian  bukan perlakuan khusus”. (noel/padi)

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here