SHARE

Bangsa besar Indonesia memiliki nilai budaya yang tinggi dan sejarah yang panjang. Karya sastra adalah salah satu media yang mampu dengan baik memotret dan memperkenalkan budaya dan sejarah kita. Di zaman ketika bangsa-bangsa di dunia semakin tertarik memahami budaya satu sama lain, karya sastra memainkan peran yang kian penting. Karena itu tidak mengherankan apabila dalam kurun tiga tahun terakhir, penerbitan dan penjualan novel-novel terjemahan mengalami peningkatan di banyak negara. Semakin banyak karya-karya penulis Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa lain, khususnya Bahasa Inggris. Memperhatikan tren tersebut, Program English for Creative Industry (ECI) dari Fakultas Sastra UK Petra melihat peluang kerja yang besar bagi para mahasiswanya. Oleh karena itu, pada tanggal 27 Oktober 2017 diadakanlah pelatihan penerjemahan fiksi dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris. Untuk memastikan tercapainya standar kemampuan yang tinggi dalam bidang ini, pelatihan tersebut menghadirkan Lian Gouw, seorang penulis dan pendiri Penerbit Dalang yang telah menghasilkan sembilan karya terjemahan novel sejarah Indonesia. Pelatihan yang dilaksanakan di ruang Independent Learning Center Gedung B lantai 1 UK Petra ini diikuti oleh 15 mahasiswa pilihan yang memiliki minat serta kemampuan penerjemahan.

Gouw mengawali sesi dengan memaparkan pentingnya penerjemahan karya sastra Indonesia ke dalam Bahasa Inggris dengan baik dan berkualitas. Penerjemah bukanlah sekadar orang yang memahami dua bahasa yang berbeda, melainkan seseorang yang menguasai betul jiwa serta rasa suatu bahasa beserta muatan budayanya dan kemudian mampu menyampaikannya dalam bahasa yang lain. ”Untuk bisa menjadi seorang penerjemah karya sastra, seseorang harus menguasai bahasanya, bukan sekedar memahami bahasanya,” demikian katanya. Hasil karya sang penerjemah haruslah mampu menjadi pintu masuk pembaca asing untuk mencicipi dan memahami kekayaan budaya dan kesusastraan Indonesia. Karenanya Gouw juga mengingatkan para peserta workshop bahwa orang Indonesia-lah penerjemah terbaik bagi karya sastra Indonesia. Dengan demikian, tentu tidak berlebihan kiranya jika kita menyebut para penerjemah sebagai duta bangsa, dan ini adalah suatu tugas penting, bukan main-main.

Setelah pemaparan pentingnya penerjemahan, Gouw melanjutkan dengan menerangkan cara menghasilkan karya terjemahan yang baik dalam Bahasa Inggris melalui praktek langsung. Para peserta ditugaskan untuk menerjemahkan cerita pendek berjudul “Selendang Bersulam Putih” karya Rintadi Atmodi yang dibuat khusus untuk pelatihan ini. Cerpen ini merupakan suatu fiksi sejarah yang mengisahkan pengalaman Zubaedah dengan Mande Siti Manggopoh, pahlawan nasional Indonesia yang dijuluki Singa Betina Minangkabau, ketika pecah Perang Belasting di Manggopoh tahun 1908. Lian Gouw secara khusus meminta si penulis untuk membuat suatu karya yang mengemukakan hal-hal yang sering menjadi masalah bagi para penerjemah fiksi Indonesia ke Bahasa Inggris, seperti penggunaan gender dan tenses, mengingat Bahasa Indonesia tidak menggunakan kata ganti berbasis gender maupun pola tenses yang jelas. Terkesan dengan semangat dan kemampuan para peserta, Lian Gouw menawari mereka untuk bekerja bersamanya menerjemahkan cerita pendek tersebut hingga rampung dan layak diterbitkan di situs Penerbit Dalang. (noel/s.i)

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here