SHARE

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Petra (UK Petra) gelar rangkaian kegiatan Community Outreach Program (COP), salah satunya menggelar Talkshow Everyone can be a Hero. Talkshow yang membahas tentang nilai-nilai kepahlawanan dalam konteks kekinian ini dilaksanakan pada Jumat, 17 November 2017 di Ruang Konferensi 4, gedung Radius Prawiro lantai 10 dan diikuti oleh mahasiswa UK Petra dari berbagai jurusan dan angkatan. Tujuan dari talkshow ini adalah untuk menggugah rasa kepedulian terhadap masyarakat dan juga menginspirasi peserta untuk turut terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan. “Talkshow ini menghadirkan pembicara-pembicara yang merupakan aktivis kemasyarakatan dengan harapan dapat mengencourage mahasiswa supaya memiliki semangat dan inspirasi untuk mengikuti kegiatan kemasyarakatan,” ungkap Thomas Benmetan selaku panitia COP 2018.

Talkshow ini menghadirkan tiga pembicara yang sudah memiliki pengalaman dalam bidang kemasyarakatan. Pembicara pertama adalah Esthi Susanti Hudiono, M.SI yang merupakan Konselor Pendidikan dan Koordinator  Komunitas Inklusi Sosial dan Perdamaian Indonesia (KISPI). Aktivis pegiat HIV dan AIDS ini mengatakan bahwa definisi pahlawan pada zaman feodalistik dan mistik adalah sosok legendaris dalam mitologi, dikaruniai kekuatan yang luar biasa, keberanian, kemampuan, dan diakui sebagai keturunan dewa. Pada zaman kemerdekaan Indonesia dan masih menjadi patokan hingga saat ini, pahlawan merupakan sosok yang memiliki keberanian melawan penjajah, jadi keberanian menjadi tolok ukurnya. Namun pada zaman yang semakin terbuka, pahlawan bisa dirancang atas keputusan-keputusan yang dibuat oleh manusia itu sendiri. “Jika kamu menjadi yang terbaik di bidangmu dan memiliki etika yang baik itu sudah bisa disebut pahlawan,” ujar wanita kelahiran Salatiga ini.

Pembicara kedua adalah Lindawati Tjioe, mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa UK Petra yang menceritakan pengalamannya berorganisasi dan mengikuti kegiatan COP pada tahun 2013. Wanita yang masih melanjutkan studinya di Sydney ini mengaku awal mulanya mengikuti kegiatan COP adalah karena ingin mendapatkan nilai A dengan mudah. Kemudian mulai menyadari bahwa dia sangat menikmati kegiatannya. Banyak manfaat yang didapatkan, selain mendapatkan banyak teman baru dari berbagai negara dan melatih kemampuan berbahasa Inggris, Linda mendapatkan keluarga baru. “Saya mendapatkan keluarga yang baru di sana, jika bayangan kalian adalah kita hidup susah di sana, itu sama sekali tidak, saya sangat bahagia disana,” ungkap alumni Program Studi Arsitektur UK Petra.

Pembicara ketiga adalah Ivana Kurniawati yang merupakan aktivis sosial dan penggerak literasi. Melihat ketimpangan sosial yang sangat jauh di Surabaya, pada semester dua, dia bergabung dalam komunitas Save Street Child Surabaya. Rasa kemanusiaannya mulai tumbuh dan kemudian mencari cara untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Ivana dan teman-temannya yang tergabung dalam Aliansi Literasi Surabaya membuka perpustakaan jalanan setiap hari Minggu di taman bungkul. “Saya merasa buku sangat banyak mengubah cara pandang dan mempengaruhi pola kehidupan saya, dengan membuka perpustakaan jalanan ini, kami bisa berinteraksi dengan masyarakat sehingga bisa melihat permasalahan itu secara langsung,” ungkap mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra ini. (rut/Aj)

Facebook Comments