SHARE
Best Radio

 

Dua tim perwakilan dari program studi (prodi) Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Kristen Petra (UK Petra) berhasil memperoleh penghargaan dalam kompetisi SADEWA (Sayembara Dewa Pariwara) Ajang Insan Kreatif Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (Ajisaka UGM). SADEWA merupakan kompetisi iklan yang diselenggarakan pada tanggal 27 Oktober 2017 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Peserta dapat memilih membuat iklan televisi, radio, atau print ad. Juan Richard dan Reyno Putradewa Santosa mendapatkan penghargaan Best Radio, sedangkan Yonathan Christie Yusanto dan Efatha Arauna Lumadyo meraih penghargaan Best TV. Tema dalam kompetisi ini adalah “Light of the Ages”, dimana realitas virtual sejatinya bukan hanya milik generasi millenials. Generasi-generasi sebelumnya pun berhak untuk memanfaatkan media sosial sebagai salah satu wadah berinteraksi. Namun, problema muncul ketika kabar burung (hoax) berseliweran sehingga tidak mampu ditanggulangi dengan benar, mau tidak mau, generasi millenials bertanggungjawab merumuskan langkah yang tepat untuk kasus ini.

Tim Juan dan Reyno membuat iklan radio dengan judul “Naik Mobil Harus Pakai Helm”. Mereka melihat dari kasus saracen yang menggunakan sosial media untuk menyebarkan berita kebencian dan mempengaruhi orang. Selain itu, mereka terinspirasi dari cerita seorang teman yang ditilang polisi karena tidak menggunakan helm saat mengendarai mobil sport. Banyak orang yang meyakini bahwa saat mengendarai mobil, kita tidak perlu menggunakan helm, tetapi seseorang justru ditilang polisi karena tidak menggunakan helm saat mengendarai mobil. Melalui iklan ini, mereka ingin menyampaikan pesan bahwa jikalau banyak orang mengatakan hal yang sama, tetapi hal itu belum tentu benar. Judul “Naik Mobil Harus Pakai Helm” dipilih karena pengguna radio sebagian besar adalah pengendara mobil.

Best TV

Lain halnya dengan tim Yonathan dan Efatha membuat iklan televisi berdurasi satu menit dengan judul “Ngopi Dulu Biar Tenang”. Mereka mengaku mendapatkan ide dari iklan rokok di televisi. Bercerita tentang seorang lelaki yang duduk di warung dan tidak sengaja membaca berita hoax, saat akan membagikan, tiba-tiba semua orang yang ada di warung menjadi kacau balau. Tetapi saat mematikan ponsel, keadaan kembali tenang. Iklan menyerupai iklan layanan masyarakat ini mengandung pesan bahwa pesan hoax bisa membuat orang-orang kacau balau. “Kesulitan yang kami hadapi dalam proses pembuatan iklan ini adalah mencari warung yang akan digunakan sebagai lokasi syuting, kami harus menunggu hingga jam 12 malam, menunggu warung sepi pengunjung,” ungkap Yonathan.

Pada babak penyisihan, peserta mengumpulkan proposal dan file rekaman iklan mereka di bulan September lalu. Dari total 98 tim, terpilih 5 tim yang melaju ke babak final untuk masing-masing kategori. Pada babak final, peserta dibebaskan untuk memilih medium iklan yang akan digunakan, dengan tujuan yang tetap sama yaitu mengajak digital imigran (usia 44-54 tahun) untuk lebih bijak memilah informasi. Kedua tim UK Petra ini meraih penghargaan Best Radio dan Best TV dimana mereka berhak mendapatkan sertifikat dan uang sebesar Rp 500.000,-. Setelah mengikuti kompetisi ini, Juan mengaku mendapatkan banyak pengalaman, “Melalui lomba ini, saya bisa mengetahui gambaran dunia kerja advertising dan juga mengetahui langkah-langkah mencari ide melalui workshop yang diadakan,” terang mahasiswa semester 5 ini. (rut/dit)

Facebook Comments