SHARE

Overhead projector atau yang biasa dikenal dengan “OHP” sudah jarang bahkan hampir tidak dipakai dalam proses belajar mengajar. Akan tetapi, siapa sangka barang lawas dan ketinggalan zaman ini bisa menghasilkan sebuah karya yang apik dan unik. Ditangan sejumlah 13 mahasiswa Program English for Creative Industry (ECI) Universitas Kristen Petra (UK Petra) lahirlah sebuah pementasan wayang modern. “Overhead Projectplay” itulah tajuk pertunjukan wayang modern mengenai cerita rakyat Indonesia yang digelar selama dua hari berturut-turut mulai Selasa, 5 Desember 2017 pukul 14.00-15.00 WIB dan Rabu, 6 Desember 2017 pukul 12.00-13.00 WIB serta 14.00-15.00 WIB di studio Petra Little Theatre, Gedung B kampus UK Petra.

Para mahasiswa ini terbagi menjadi empat kelompok yang memainkan empat cerita rakyat Indonesia yaitu Legenda Batu Menangis, Legenda Danau Toba, Roro Jonggrang dan Keong Mas. Tetap menggunakan bahasa Inggris, penampilan wayang modern ini disajikan sangat apik. “Tugas kali ini sangat menantang dan menuntut daya kreativitas kami. Yang paling sulit saat memastikan bayangan ditampilkan di layar OHP. Prosesnya cukup lama, setelah proyek akhir diumumkan, kami segera mencari ide dari berbagai sumber. Ada tahapan yang harus kami siapkan mulai dari menulis naskah, membuat storyboard, merancang slide yang dibutuhkan hingga berlatih. Setiap hari selama dua minggu lamanya kelompok kami berkonsentrasi menyiapkan puppet ini,” urai Jessica Azalea, dari kelompok yang mengambil cerita Legenda Batu Menangis.

Salah satu yang dipersiapkan para mahasiswa agar karyanya menarik yaitu dengan membuat wayang berbahan plastik mika dan kertas. Mereka membuat frame dari plastik mika yang ditempel gambar tokoh dan gambar pemandangan yang berwarna. Berdurasi 10 menit lamanya proses pementasan ini menggunakan rekaman. Jadi para mahasiswa di beberapa adegan harus menggerakkan tokoh dan alat-alatnya agar cerita seolah-olah hidup dan selaras dengan rekaman yang dibuat. Hal ini dikarenakan OHP memiliki keterbatasan karena teknologi lama. Akan tetapi keterbatasan ini malah memunculkan kreativitas para penggunanya untuk menciptakan sesuatu yang menarik dan unik bahkan untuk zaman sekarang.

“Ini merupakan proyek Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Theatrical Desain. Tak hanya itu saja, ini merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang baru dan aplikatif. Mahasiswa diminta untuk menguasai tidak hanya desain bentuk, namun juga prinsip tata cahaya serta teknik menampilkan efek yang sesuai dengan ceritanya. Semuanya harus selaras dan memiliki kesatuan artistik,” ungkap Stefanny Irawan, S.S., M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah ini.

Kegiatan ini menjadi salah satu upaya untuk merevitalisasi daya tarik budaya nasional di kalangan milennial. “Disadari atau tidak, pesatnya perkembangan teknologi membuat hal-hal yang ketinggalan zaman dianggap tidak menarik lagi. Cerita rakyat ini salah satunya, dianggap cerita anak-anak yang tidak lagi menarik ketika kita dewasa, padahal mengandung nilai-nilai kearifan. Semoga dengan hadirnya kisah-kisah rakyat Indonesia melalui pendekatan yang unik ini, kita semua khususnya generasi muda, tidak akan melupakan budaya Indonesia,” tutup Stefanny. (Aj/dit)

Facebook Comments