SHARE

Sebanyak 27 mahasiswa Program Studi Desain Interior Universitas Kristen Petra (UK Petra) yang tergabung dalam mata kuliah Desain Produk Interior III (DPI III) melaksanakan service learning dengan mendesain stand atau perabot yang dapat digunakan untuk berjualan secara temporary. Kegiatan service learning bertajuk “Buy Local , Shop Local” ini melibatkan tiga kampung unggulan surabaya sebagai mitra mahasiswa, yaitu Kampung Kue di Penjaringan, Kampung Bordir di Kedung Baruk dan Kampung kerupuk di Gunung Anyar Tambak. Komunitas Kampung unggulan yang menjadi mitra juga diundang dan menjual hasil produksinya dalam pameran service learning Desain Produk Interior III pada 6-9 Desember 2017 di selasar gedung P.

Selama satu semester terakhir, mahasiswa melakukan survey di kampung untuk mengetahui kesulitan dan masalah yang dihadapi komunitas. Dari hasil survey, diketahui bahwa komunitas yang sering mengikuti kegiatan pameran dan bazar tetapi tidak memiliki transportasi yang memadahi untuk membawa perabot ke lokasi. Selain itu, ruang booth yang digunakan sangat sempit dan media yang digunakan hanya meja saja. Awalnya mahasiswa secara individu diminta mendesain serta membuat satu dummy stand atau perabot yang unik, fleksibel, dan memudahkan komunitas dalam hal mobilitas. Setelah Ujian Tengah Semester (UTS), mahasiswa dibagi menjadi tiga kelompok besar untuk merancang kembali desain perabot yang baru. Sebanyak tiga kelompok menghasilkan empat karya, yaitu satu untuk Kampung Kue, satu untuk Kampung Bordir, dan dua untuk Kampung Kerupuk yang nantinya akan diserahkan kepada masing-masing komunitas. Tujuan dari kegiatan service learning adalah mengajarkan mahasiswa untuk tidak hanya sekedar mendesain, tetapi juga bisa melakukan sesuatu bagi orang lain. Para mahasiswa melakukan semua sendiri, mulai dari desain hingga eksekusi pembuatan produk. “Saya melihat generasi now ini lebih banyak memikirkan diri sendiri, sekarang mereka dituntut untuk melakukan sesuatu untuk orang lain. Tetapi selama proses service learning ini saya melihat mereka belajar bekerja sama dalam kelompok dan juga menahan ego mereka,” ungkap Grace Mulyono S,Sn., M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah DPI III.

Salah satu kelompok membuat produk bagi Kampung Bordir yang terdiri dari empat bagian dengan enam yang berbeda-beda agar bisa disesuaikan dengan kebutuhan display, seperti kebaya dengan cara digantung, kerudung dengan manekin, dan lainnya. Produk mebel yang berdimensi 180cm x 200cm ini terbuat dari kayu nyatoh dengan proses pembuatan  selama sebulan. Produk ini bisa dibongkar pasang karena masing-masing bagian disambungkan dengan engsel. Butuh waktu kurang lebih 10 menit untuk membongkar pasangnya. Salah satu kelebihan dari produk ini adalah posisi tiap bagian bisa diubah-ubah sehingga penampilan saat pameran tidak monoton. “Produk ini kami buat multifungsi agar semua sisi bisa digunakan, sehingga barang dagangan yang banyak dan beraneka ragam bisa didisplay secara maksimal. Selain itu, pembeli juga  bisa melihat barang dari sisi manapun,” jelas Yohanes Kevin, mahasiswa semester 5 ini.

Kegiatan service learning ini juga disambut positif oleh komunitas kampung unggulan. Menurut Lilik Sulvia, salah satu pedagang dari Kampung Bordir, proyek mahasiswa UK Petra ini sangat membantu dirinya. Nantinya saat ada pameran, produk dari mahasiswa UK Petra ini akan segera digunakan untuk memajang barang-barang dagangannya. “Biasanya saat ada pameran, kami hanya gunakan meja bertaplak. Sekarang bisa lebih enak, bentuknya unik dan bisa memuat lebih banyak barang,” terangnya. (rut/padi)

Facebook Comments