SHARE

Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendaki, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yakobus 4:14b-15)

 Kebanyakan orang tentu memiliki rencana-rencana tertentu ketika memasuki tahun baru 2018. Tahun baru, resolusi baru, harapan baru!  Tentunya sebagian besar dari kita memiliki perencanaan tertentu dalam hidup kita. Bukankah perencanaan tersebut sudah terlihat melalui resolusi tahun baru yang kita buat? Ingin menjadi pribadi yang lebih baik? lebih rajin bekerja? mencapai jenjang karier tertentu? memiliki rumah atau mobil? memiliki pola hidup sehat? memiliki pasangan? menikah? memiliki anak? lebih giat belajar? lulus 3.5 tahun? lulus kuliah tepat waktu? liburan ke tempat impian? Travelling ke luar negeri? dan lain sebagainya.

Setiap kita tentu memiliki perencanaan tersendiri dalam hidup kita dan berharap supaya hal tersebut terlaksana di tahun 2018 ini. Namun, apa yang menjamin bahwa perencanaan atau impian kita terlaksana? Perencanaan yang matang? Strategi pencapaian? Uang yang banyak? Kesempatan yang terbuka lebar? Koneksi yang luas? Belum tentu! Bahkan, semua faktor ini tidak bisa menjamin bahwa segala perencanaan kita akan berhasil. Mengapa demikian? Karena kita bukanlah pemegang kendali seutuhnya atas hidup kita! Dalam segala perencanaan kita, ada dua hal penting yang perlu kita perhatikan, yaitu kerapuhan hidup dan kedaulatan Allah. Hal inilah yang digambarkan dalam Yakobus 4:13-17.

Pertama, kerapuhan hidup. Perencanaan yang sangat matang dalam berdagang telah dibuat: waktu, tempat, durasi, dan hasil akhir (ay 13). Dengan segala kecakapan dan pengalamannya para pedagang menyusun rencananya. Apakah salah? Tentu tidak! Orang yang mau berkembang dan berhasil tentu harus membuat perencanaan hidup. Ironisnya, dalam segala perencanaan yang baik tersebut, ada satu hal yang terlupakan, yaitu kerapuhan hidup. Yakobus menulis, “. . . sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.” (ay 14). Hidup ini rapuh. Hidup ini seperti uap atau kabut yang sebentar ada lalu segera hilang lenyap. Hidup ini singkat dan ada sisi misteri kehidupan. Jangankan hari besok, 1 detik ke depan pun manusia tidak tahu apa yang akan terjadi dengan hidupnya! Sehebat-hebatnya seorang manusia, manusia tetaplah terbatas dan rapuh! Jadi, jangan sombong seolah kita memegang kendali atas hari esok.

Kedua, kedaulatan Allah. Inilah kabar baiknya. Di satu sisi kita adalah manusia yang terbatas, termasuk dalam perencanaan kita yang tampak sempurna. Namun, Allah yang kita percaya adalah Allah yang berkuasa dan berdaulat. Segala perencanaan kita akan terlaksana jika Tuhan menghendaki hal tersebut. Yakobus menegaskan, “Jika Tuhan menghendaki, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (ay 15). Suka atau tidak suka, kedaulatan Allah ini bersifat mutlak dalam segala peristiwa hidup kita, termasuk rencana atau impian kita. Perencanaan yang baik tetap diperlukan karena Tuhan mengaruniakan akal budi kepada kita untuk berpikir. Namun, kesadaran akan kedaulatan Allah akan selalu mengingatkan kita bahwa Tuhanlah yang memegang kendali atas segala sesuatu, bukan diri kita yang rapuh dan terbatas! Kalau rencana kita terlaksana, itu artinya Tuhan menghendaki hal tersebut. Jika sudah waktunya, maka Tuhan membuat perencanaan itu berhasil. Jika Tuhan tidak menghendaki, maka sehebat apapun perencanaan kita, pastilah hal tersebut tertunda, tidak terlaksana atau gagal.

Perencanaan dalam hidup itu penting. Namun, jangan hanya berfokus pada perencanaan dan strategi pencapaian. Kita juga harus menyerahkan semua hal itu kepada Tuhan yang berdaulat. Perencanaan untuk meningkatkan IPK, lulus tepat waktu, lulus dengan predikat cumlaude atau aktif berprestasi, ikut organisasi kemahasiswaan, mencari pasangan hidup, menikah, memiliki anak, studi lanjut, liburan ke tempat impian, dan lain sebagainya. Apapun perencanaan kita, lakukanlah dengan sebaik mungkin. Jikalau Tuhan menghendaki, maka hal itu akan terlaksana dalam kemurahan-Nya. Jikalau Tuhan tidak menghendaki sehingga rencana kita belum atau tidak terlaksana, percayalah dan terimalah bahwa hal itu terjadi dalam perhitungan hikmat Tuhan yang sempurna dan kebaikan-Nya bagi kita.

Facebook Comments