SHARE

Biasanya apa yang menyebabkan kita enggan berdonasi pada sebuah organisasi nirlaba? Salah satunya adalah konsistensi berdonasi dengan jumlah nominal uang yang jika dihitung per tahun lumayan besar. Lalu bagaimana caranya mengajak masyarakat berdonasi, tetapi tanpa merasa mengeluarkan uang? Joy Gloria Harendza dan Nita Elviani Limman, dua orang mahasiswi Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) UK Petra menggagas ide “doview” (donate by view) hingga berhasil menyabet gelar Gold pada BG Award Citra Pariwara 2017 lalu yang diselenggarakan oleh Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) di Jakarta.

Kompetisi ini langsung memberikan kasus nyata pada para peserta. Sebagai obyeknya menggunakan Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia (Pita Kuning), merupakan yayasan filantropi bagi anak dengan kanker yang berdiri atas inisiasi komunitas sukarelawan muda yang menamakan dirinya Community for Children with Cancer (C3). Pelayanan Yayasan Pita Kuning memberikan perawatan paliatif dan pedampingan psikologis bagi pasien anak dengan kanker. Bagaimana cara kerja “doview” ini? Ide unik dari Joy dan Nita mengambil konsep dengan menggandeng Youtubers untuk mendonasikan 10% hasil pendapatannya yang didapat dari jumlah viewers dan subscribers pada Pita Kuning setiap bulannya selama minimal satu tahun. “Jadi dengan demikian bukan dalam bentuk uang yang diberikan pada yayasan tersebut, tetapi Youtube yang akan memberikannya pada Pita Kuning itu. Jika dihitung, nominal itu besar apalagi jika Youtubersnya adalah orang yang sudah sangat terkenal”, urai Joy.

Dengan menggunakan tanda pagar (tagar) #SAYAPITAKUNING, hal ini digunakan sebagai penanda bagi para Youtubers yang berpartisipasi dalam kampanye ini. Cara kerjanya, Youtubers akan memberitahu para penontonnya di awal atau di akhir video tentang kampanye ini. sekali dalam satu bulan, Yayasan Pita Kuning akan mengirimkan sebuah bingkisan dari anak-anak yang tergabung dalam Yayasan Pita Kuning kepada para pencipta video sebagai wujud rasa terima kasih mereka karena telah bergabung dalam program ini. Para pencipta video bisa memasukkan bingkisan tersebut sebagai konten di kanal (saluran Youtube) mereka.

Sebelum menentukan ide ini, Joy dan Nita melakukan riset kecil ke beberapa teman mereka sehingga akhirnya mereka mendapatkan kesimpulan mengapa anak muda masih merasa enggan untuk berdonasi. Targetnya menyasar anak muda baik pria maupun wanita berusia 25-40 tahun yang senang menggunakan internet dan gawai. Menurut penelitian dari laman ”we are social” dan “hootsuite”, media sosial yang tertinggi penggunaannya adalah Youtube. Sedangkan anak muda ini salah satu kebutuhannya adalah menonton Youtube untuk mengisi waktu luangnya. “Kami menyelesaikan ide ini hanya dalam dua hari sejak taklimat yang diberikan oleh panitia kami terima, jadi waktunya sangat terbatas”, urai Nita.

Tak sia-sia usaha keras mereka, dengan menyisihkan 53 peserta dari tujuh universitas yang ada di Indonesia. Joy dan Nita berhasil mendapatkan piala, sertifikat, dan kesempatan belajar mengenai periklanan dengan menghadiri acara AdFest di Thailand selama dua hari besok bulan 23-24 Maret 2018 yang akan datang. “Rasanya tak percaya bahwa kami bisa menjuarai perlombaan periklanan yang bergengsi di Jakarta ini. Banyak pengetahuan baru yang didapatkan, bahkan kami juga sudah ditawari bekerja di beberapa agensi periklanan saat malam penganugerahan pemenang”, urai keduanya mantap. (Aj/dit)

Facebook Comments