SHARE

Bahasa adalah jendela dunia, begitulah bunyi peribahasa yang mengungkapkan pentingnya kemampuan berbahasa. Dengan penguasaan bahasa, seseorang akan lebih mampu memahami dunia. Pemahaman atas kebudayaan yang melatarbelakangi suatu bahasa mendukung penguasaan terhadap bahasa tersebut, seperti saat ini, bahasa dan budaya Korea sedang menjadi mode di kalangan anak muda.

King Sejong Institute (KSI) Surabaya hadir di Universitas Kristen (UK) Petra untuk memberikan pendidikan dan pengetahuan bahasa dan budaya Korea untuk masyarakat di Surabaya. Salah satu kegiatan KSI untuk memberikan pengalaman bahasa dan budaya Korea, dengan menyelenggarakan Korean Movie Day (KMD) yang diadakan dua kali setiap tahun. KMD kali ini dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2018 di CGV Cinema, mall Marvell, Surabaya. Kesempatan ini istimewa karena untuk pertama kalinya KMD dilakukan di gedung bioskop umum, sebelumnya kegiatan selalu dilaksanakan di dalam lingkungan UK Petra. Dengan diadakan di tempat umum, diharapkan KMD bisa menjangkau masyarakat luas. Sekitar 220 murid dan staff pengajar KSI hadir di ruangan bioskop untuk menonton pemutaran film berjudul “Princess and the Matchmaker”.

Sebelum pemutaran film, Dr. Liliek Soelistyo, MA., Direktur KSI Surabaya menyampaikan kegiatan KSI Surabaya di bulan Agustus, yaitu Korean Culture Academy. Acara ini akan diadakan selama satu minggu di lingkungan kampus, dimana KSI akan mendatangkan beberapa ahli dari Korea selama satu minggu untuk mengenalkan Hanbok (baju tradisional Korea), KFood (kuliner Korea), KBeauty (riasan wajah khas Korea), dan Kpop Dance (tari modern populer Korea) secara gratis. Di kesempatan ini Liliek juga mengundang para hadirin untuk mendaftarkan diri ke KSI Surabaya, ia mengatakan “Jika mendaftar sebagai siswa KSI maka berkesempatan mendapatkan beasiswa S1 dan beasiswa S2 di Korea”.

Film “Princess and the Matchmaker” ini menceritakan tentang dinasti Joseon di Korea yang pada suatu masa mengalami paceklik karena cuaca kering berkepanjangan di tahun 1753. Raja saat itu menafsirkan kemalangan ini disebabkan anak perempuannya, Puteri Songhwa, belum menikah, untuk itu Raja berinisiatif mencarikan jodoh untuk sang puteri. Seo Doyoon, seorang yang dianggap “pintar” ditugaskan  mencarikan jodoh untuk sang putri. Putri Songhwa yang cemas dengan perjodohan ini berusaha mencari tahu sifat 4 kandidat calon suaminya dengan menemuinya satu per satu walaupun pada saat itu adat istiadat sebenarnya tidak memperbolehkannya. Doyoon yang mencium gelagat sang puteri kemudian membuntutinya dalam aksi rahasianya. Film ini mengisahkan berbagai sepak terjang dan intrik Songhwa serta Doyoon dalam genre komedi romantis. Film yang menjadi box office saat penayangan perdana di Korea Selatan ini, memberikan gambaran sejarah dan kebudayaan Korea abad ke-18 yang kental dengan tradisi Konfusianisme dan Shindo (kepercayaan asli Korea) serta tata cara pergaulan sosial masyarakat Korea pada umumnya. (noel/dit)

 

Facebook Comments