SHARE

Jumlah enterpreneur (wirausahawan) adalah indikator kemajuan perekonomian suatu bangsa. Kebanyakan bisnis wirausahawan berbentuk usaha keluarga. Usaha keluarga ini sendiri menghadapi berbagai tantangan dalam bentuk pewarisan bisnis keluarga. Salah satunya gagalnya usaha yang kemudian berakibat semakin berkurangnya jumlah wirausaha. Pentingnya hal ini yang akhirnya mendorong Program Manajemen Bisnis Universitas Kristen Petra menggelar seminar bertajuk “Ensuring Family Business Legacy”, pada hari Sabtu tanggal 24 Maret 2018 di Ballroom Java Paragon Hotel Surabaya.

Seminar yang dihadiri sekitar 160 orang ini dimulai dengan sesi keynote yang menghadirkan pembicara Prof. Enrique M. Soriano, III, MBA, Senior Advisor of Wong and Bernstein Advisory Group. Enrique membuka sesi dengan memaparkan bagaimana kondisi iklim bisnis yang dirasakan di Asia Tenggara. Ia lalu memberikan gambaran keunggulan bisnis keluarga, yaitu adanya keahlian kewirausahaan, memiliki organisasi yang streamlined (luwes, lancar), dan proses pengambilan keputusan yang lebih cepat. Tak hanya itu, ia juga memaparkan permasalahan yang mungkin timbul yaitu suksesi kepemimpinan bisnis keluarga dan ini bisa diatasi dengan memberikan generasi penerus kesempatan yang cukup untuk bertumbuh dan berkembang secara efektif.

Kemudian dilanjutkan dengan sharing dari 3 orang narasumber pelaku bisnis keluarga yang dimoderatori oleh Drs. Ronny Herowind Mustamu, M.Mgt., dosen pengajar tetap Fakultas Ekonomi UK Petra. Sharing pertama diberikan oleh Welly Hartono, Direktur dan Pendiri PT Ratson Maritim Indonesia, produsen kapal. Welly mengisahkan perjuangannya mendirikan usaha keluarga yang di awal berdirinya pernah merasakan kebangkrutan. Saat ini, bisnis keluarganya sudah cukup mapan, dan istri serta anak-anaknya ikut serta dalam bisnis tersebut. Kiat yang diberikan oleh Welly terkait suksesi bisnis keluarga adalah, mengajar dan berbicara tentang bisnis keluarga dengan anak-anak setiap hari di saat makan bersama.

Sharing kedua disampaikan oleh David Prawiro Tedjo, Direktur PT. Karya Modern yang bergerak di bidang perabot kamar mandi. Berbeda dengan Welly, David adalah generasi kedua usaha keluarganya. David dan adik-adiknya sejak kecil bertempat tinggal di luar negeri. Ketika dewasa, mereka masing-masing sudah menjalani kehidupan yang mapan. Sampai satu saat David memutuskan meninggalkan kehidupannya yang juga sudah mapan dan pulang untuk meneruskan bisnis yang sudah didirikan orangtuanya. Ketika pulang, ia bekerja di pabrik milik ayahnya dan meniti karir dari bawah. Menurutnya untuk meneruskan usaha orangtua diperlukan adanya rasa memiliki, seperti yang membuatnya meninggalkan kemapanan di luar negeri.

E. B. Santosa, Komisaris PT. Rutan memberikan sharing ketiga. Santosa adalah generasi kedua bisnis keluarganya. Ia menceritakan bagaimana ketika kecil dahulu ia tidak bisa hidup manja meskipun keluarganya berkecukupan. Sejak lulus SD, Santosa sudah tidak diberi uang saku, hanya diberikan mesin bubut untuk mencari uang sendiri. Terus menekuni usaha membubut tersebut, Santosa akhirnya menemukan pasar khusus baginya. Di masa itu, banyak sepeda motor buatan eropa masih operasional tetapi tidak ada pasokan suku cadang. Santosa bisa membuatkan suku cadang penting motor tersebut dengan mesin bubut. Menurutnya kerja yang dilakukannya tidak berat, “Semua terjadi karena minat, mengerjakan yang kita minat tidak susah”. Usahanya terus dijalankan sampai pada waktu ia meneruskan kepemimpinan PT. Rutan yang didirikan ayahnya. Rahasianya, apabila generasi penerus bekerja di perusahaan keluarga, maka hak dan kewajibannya harus sama dengan pekerja lainnya. (noel/Aj)

Facebook Comments