SHARE

Anak-anak adalah generasi penerus yang memiliki minat, kebutuhan dan spesifikasi yang khusus. Banyak karya arsitektur seperti public space (ruang terbuka publik), public building (bangunan publik), dan housing (perumahan) di Indonesia yang masih belum dirancang dengan mengedepankan kepentingan anak-anak. Salah satu misi Program Studi Arsitektur Universitas Kristen Petra (UK Petra) adalah menerapkan prinsip arsitektur yang berempati dalam menyelesaikan masalah. Mengemban misi tersebut dan menanggapi keadaan dimana arsitektur di Indonesia belum cukup ramah anak, Himpunan Mahasiswa Arsitektur Petra (Himaartra) menyelenggarakan Seminar Arsitektur Nasional dengan tema “Penerapan Arsitektur Kota Ramah Anak”.

Seminar yang dihadiri oleh mahasiswa arsitektur dari berbagai universitas di Indonesia ini merupakan acara tahunan yang dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2018 di Gedung AMG Tower Surabaya. Call for paper seminar bertajuk “Bermain Ruang Kota Kita” ini mengumpulkan 36 karya tulis dari berbagai universitas di Jawa dan Bali, tercatat 20 tim dari UK Petra dan 16 tim dari luar UK Petra. Dari 36 tim ini, 10 tim terbaik mempresentasikan karya ilmiahnya di hadapan dewan juri dan sekitar 130 peserta pendengar. Dewan juri terdiri dari keynote speakers, yaitu Prof. Paramita Atmodiwirjo, S.T., M.Arch., Ph.D., seorang Guru Besar Arsitektur Universitas Indonesia; Novriansyah Yakub, S.T., arsitek profesional; Sarah Ginting, S.T., M. Arch., arsitek profesional; dan Christine Wonoseputro, ST, MASD serta Prof. Ir. Lilianny Sigit, Ph.D., staff pengajar program studi Arsitektur UK Petra yang memiliki konsistensi kuat dalam melakukan penelitian tentang ruang untuk anak.

Kesempatan menyampaikan ide dan hasil penelitian sepanjang 10 menit dipergunakan secara maksimal oleh para peserta. Salah satu tim peserta dari Universitas Atmajaya Yogyakarta (UAJY) mempresentasikan analisa mereka atas Ruang Terbuka Publik Ramah Anak (RPTRA) di tempat-tempat ikonik Yogyakarta dengan melihatnya dari aspek sosiologis, aspek antropologis, dan aspek perlindungan. Tempat-tempat ikonik yang mereka analisa adalah tugu Yogya, Malioboro, dan Alun-alun Utara. Mereka mencapai kesimpulan bahwa tempat-tempat ikonik di Yogyakarta belum memberikan kenyamanan, keamanan dan kesempatan tumbuh kembang yang baik bagi anak-anak. Tim lain dari UAJY menganalisa RPTRA taman Denggung Sleman. Tim ini mengangkat perbedaan antara kondisi terkini RPTRA tersebut dan bagaimana seharusnya taman tersebut didesain dengan acuan pada Public Playground Safety Handbook dan regulasi dari Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Mereka kemudian memberikan usulan desain yang inklusif bagi disabilitas dan juga memberikan ruang bermain bagi anak yang aman dan nyaman.

Tim dari UK Petra mengangkat RPTRA Taman Prestasi Surabaya dalam presentasinya. Mereka mengawali dengan indentifikasi masalah yang mereka lakukan dengan cara wawancara dengan pengunjung yang membawa anak-anak dan juga survei kuantitatif. Dari berbagai issue yang ditemukan, mereka fokus pada aspek keamanan. Saran perbaikan yang mereka hasilkan adalah perlunya zonasi tempat bermain anak yang memisahkan anak-anak usia sekolah dan anak-anak usia pra sekolah, desain ulang pagar taman dengan bidang horizontal yang tinggi sehingga tidak bisa terjangkau anak-anak untuk dipanjat dan desain ulang fasilitas perosotan yang mulanya beresiko kecelakaan menjadi lebih aman dengan bahan rumput sintetis yang empuk.

Ketiga tim pemateri ini dan 7 tim pemateri lain kemudian dinilai dengan parameter 50% nilai dari karya ilmiah, dan 50% nilai dari presentasi mereka. Keluar sebagai juara 1 adalah tim dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Juara kedua disabet oleh tim dari Universitas Udayana Bali. 1 Tim dari UK Petra meraih juara 3. Rully Damayanti, S.T., M.Art., Ph.D, salah seorang tim dosen Arsitektur UK Petra di acara ini menyampaikan harapannya, ia mengatakan “semoga para mahasiswa dapat menjadi lulusan yang tidak mengabaikan kebutuhan anak-anak dalam mendesain arsitektur”. (Noel/Aj)

Facebook Comments