SHARE
Chandra (berbaju batik) mewakili Indonesia dalam Program Pustakawan di Ohio, Amerika Serikat

Setelah tiga kali mencoba, seorang pustakawan perpustakaan Universitas Kristen Petra (UK Petra) akhirnya berhasil memperoleh kesempatan mengembangkan pendidikan dan professional pustakawan di Ohio, Amerika Serikat. Program bergengsi bertajuk Jay Jordan IFLA/OCLC Early Career Development Fellowship Program ini merupakan program dari The International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) bersama dengan Online Computer Library Center (OCLC) yang hanya memberikan kesempatan pada lima pustakawan muda dari negara berkembang di dunia. Pustakawan ini adalah Chandra Pratama Setiawan, S.IIP., M.Sc. yang menjadi perwakilan dari negara Indonesia dan berkesempatan mengikuti program mulai tanggal 17 Maret hingga 13 April 2018.

“Puji Tuhan ini merupakan kesempatan yang sangat berharga bagi seorang pustakawan. Kami mendapatkan ilmu langsung dari sang ahli serta mengupdate dengan perkembangan-perkembangan teknologi informasi serta isu kepustakaan global yang kemudian dapat diterapkan di negara kita”, ungkap Chandra yang juga pernah mendapat prestasi nasional oleh Kemenristekdikti tahun 2015 silam. Hanya lima pustakawan muda dari lima negara berbeda yang terpilih dari 90 pustakawan dan pakar sains informasi dari 40 negara yang berbeda. Sebelumnya Chandra, merinci pustakawan muda artinya masa kerja di perpustakaan minimal tiga tahun dan maksimal delapan tahun. “Program ini dikhususkan bagi para lulusan jurusan perpustakaan dalam rentang lima tahun terakhir”, urai Chandra yang baru tiba di Indonesia Minggu siang (15/4) lalu. Perjuangan yang cukup berat. Sebelumnya Chandra, yang juga seorang lulusan dari NTU Singapore dengan beasiswa ASEAN graduate Scholarship dari pemerintah Singapura, mencoba program ini selama tiga kali dan berkat kegigihannya akhirnya Chandra berhasil. Chandra terpilih bersama dengan empat pustakawan lainnya yaitu Alehegn Adane Kinde dari Universitas Gondar-Ethiopia, Arnold Mwanzu dari Pusat Internasional Fisiologi dan Ekologi Serangga (ICIPE)-Kenya, Boris Denadic dari Perpustakaan Nasional Serbia, dan Chantelle Richardson dari Perpustakaan Nasional Jamika, Jamaika.

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum Chandra smengikuti program ini,  diantaranya membuat essay berbahasa Inggris yang menceritakan mengenai pengalamannya dibidang perpustakaan, permasalahan perpustakaan yang dihadapi di Indonesia, serta peluangnya. IFLA merupakan badan internasional terkemuka yang mewakili kepentingan layanan perpustakaan dan informasi penggunanya. Sedangkan OCLC merupakan perusahaan perpustakaan nirlaba global yang menyediakan layanan teknologi bersama, penelitian asli dan program komunitas sehingga perpustakaan dapat lebih memfokuskan pembelajaran, penelitian dan inovasi.

Selama empat minggu, Chandra dan keempat pustakawan lainnya terlibat banyak kegiatan diantaranya sesi kelas membahas trend pengelolaan perpustakaan saat ini serta teknologi yang mendukungnya (misalnya seperti cataloguing and metadata, reference service, user experience, community engagement), sesi leadership dengan CEO OCLC, diskusi perpustakaan dan kepustakawanan dengan pustakawan dari beberapa perpustakaan , kunjungan ke berbagai macam perpustakaan hingga diskusi dengan perwakilan IFLA. Apakah bisa diterapkan di Indonesia, khususnya perpustakaan Surabaya? “Bisa”, urai Chandra mantap. Salah satunya menyediakan layanan drive through, menggalakkan program kegiatan membaca dengan tema tertentu yang berganti-ganti dengan ditambah hadiah, menyediakan layanan bimbingan belajar gratis untuk anak sekolah hingga pelatihan menulis lamaran pekerjaan. Semuanya ini dilakukan agar semakin gemar membaca dan berkunjung ke perpustakaan.

Dirilis dari situs resmi OCLC (https://www.oclc.org/en/news/releases/2018/201801dublin.html) Skip Prichard, President dan CEO OCLC mengatakan bahwa program ini menawarkan pengalaman, gagasan, koneksi dan inspirasi pada para professional berbakat yang dipilih untuk berpartisipasi. Para pustakawan terpilih ini belajar dan kemudian menerapkan program baru yang inovatif di negara asalnya. (Aj/dit)

Facebook Comments