SHARE

Saat ini kita hidup di era ‘banjir informasi’, dimana informasi dapat dengan mudah kita peroleh dari manapun dan kapanpun. Selain itu internet membantu mempercepat informasi tersebar luas. Di era ini, seringkali kita mencerna informasi tanpa tahu itu fakta atau hanya hoax. Kebanyakan masyarakat hanya membagikan informasi tanpa tahu resikonya, bahkan seringkali masyarakat tahu bahwa informasi tersebut adalah hoax, tetapi tidak tahu bagaimana cara menyikapinya. Selain makin maraknya berita bohong atau hoax, kejahatan cyber seperti pembajakan akun pribadi dan pencurian data digital juga tidak jarang ditemui.

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bekerja sama dengan Google News Initiative dan Internews mengadakan kegiatan Halfday Basic Workshop. Surabaya menjadi kota ke-9 diselenggarakannya kegiatan ini dari 30 kota di Indonesia. Bekerja sama dengan Komunitas Discerning, Universitas Kristen Petra (UK Petra) dipilih menjadi lokasi penyelenggaraan workshop bertajuk “Hoax Busting and Digital Hygiene” ini. Komunitas Discerning merupakan komunitas mahasiswa UK Petra yang bernaung dibawah Departemen Mata Kuliah Umum (DMU) bertujuan mengembangkan ketajaman mahasiswa dalam melihat realitas masyarakat, bangsa dan dunia serta mengasah kecermatan dalam mengaitkan bidang minat dan keilmuan yang ditekuni dengan pergumulan nyata di masyarakat. “Kami memilih UK Petra karena kami ingin sebaran informasi bisa merata dan kampus adalah ruang yang sangat strategis untuk menjadi agen-agen kritis dan menyebarkan di lingkungannya,” ungkap Miftah Faridl, selaku Ketua AJI Surabaya.

“Ada banyak sekali celah yang bisa dimanfaatkan oleh orang-orang tidak bertanggung jawab terhadap aktivitas kita di dunia digital. Tapi yang paling urgent dari acara ini adalah kita sedang membenihkan agen-agen yang bisa menjadi penyambung, karena kami sebagai jurnalis tidak bisa bekerja sendiri. Paling penting adalah mendidik pembaca agar kritis terhadap sesuatu informasi,” sambung pria yang biasa disapa Farid ini.

Workshop ini dilaksanakan pada 27 April 2018 di ruang Audio Visual 503, Gedung T UK Petra dan diikuti oleh sekitar 55 peserta yang terbuka untuk umum. Inggrid Dwi Wedhaswary dan Ika Ningtyas dari AJI memberikan materi-materi terkait ragam dis-misinformasi di sekitar kita, tips melawan hoax, tools melawan hoax, dan digital hygiene. Dalam menghadapi berita hoax, dalam materinya Inggrid dan Ika menjelaskan bahwa tips melawan hoax yaitu dengan cara tidak mudah percaya serta melakukan cek dan ricek.

Penyebaran berita hoax bisa melalui gambar, artikel maupun video, tetapi ada beberapa tools yang bisa dimanfaatkan untuk menyelidiki kebenarannya. Salah satunya adalah dengan menggunakan google reverse image research untuk melacak unggahan foto pertama pada sebuah website. Hal ini juga berlaku untuk menyelidiki sebuah video yaitu dengan mengcapture video dan melacaknya dengan menggunakan google reverse image research. Memperhatikan detail pada video dan foto, seperti nama gedung, toko, bangunan, plat nomor kendaraan, nama jalan, monumen, dan lainnya, setelah itu melacaknya dengan google maps atau aplikasi lainnya. Untuk keamanan digital, kita harus memperhatikan kekuatan kata sandi dari setiap akun yang kita miliki. Selain itu, kita juga harus rutin memperbaharui kata sandi.

“Pada jaman digital ini, opini seseorang sepertinya sudah dibentuk oleh sosial media. Saya berharap semakin banyak edukasi untuk literasi digital, dengan adanya kegiatan ini diharapkan kita dapat lebih selektif terhadap informasi-informasi yang kita terima,” ungkap Ivana Kurniawati, selaku Ketua Komunitas Discerning. (rut/padi)

Facebook Comments