SHARE

Saat ini, teknologi berada pada era Industry 4.0 atau masa setelah revolusi industri keempat yang ditandai dengan pemakaian jejaring, Internet of Things (IoT), serta munculnya sistem fisik siber. Wawasan yang cukup dalam bidang ini memungkinkan kita memanfaatkan berbagai keuntungan yang dibawanya, tetapi di sisi yang lain banyak tantangan dan problematika yang muncul terutama bagi yang tidak beradaptasi pada kemajuan ini. Untuk membantu mahasiswa dan kalangan umum yang terkait agar bisa lebih mengikuti perkembangan teknologi Internet of Things di era globalisasi sebagai salah satu wawasan global serta menangkap peluang melalui IoT dalam dunia kerja di era globalisasi, Program Studi Teknik Industri UK Petra menyelenggarakan seminar Innovation Talk bertajuk “Become a Key Driver to Face Globalization Era”. Seminar ini diadakan pada tanggal 4 Mei 2018 di Ruang Konferensi IV Gedung Radius Prawiro. Seminar ini mengusung dua narasumber yaitu Dr. Markus Wachter dari Technische Universität München (TUM), dan Drs. Kresnayana Yahya, M.Sc.

Di hadapan audiens sebanyak sekitar 150 orang dari lingkungan UK Petra dan kalangan umum, Markus membuka sesi dengan paparan tentang Industry 4.0 di lingkup internasional. Menurutnya, Industry 4.0 membawa perubahan paradigma dari kegiatan manufaktur yang tersentralisasi dan besar menuju ke kegiatan manufaktur yang desentralisasi dan smart. Contohnya adalah rencana pabrik sepatu Adidas yang mulanya berlokasi di Cina untuk dipindahkan kembali ke Jerman. Ini dimungkinkan melalui terbukanya sumber data besar yang didapatkan melalui IoT. Dengan data dari IoT ini, Adidas mengidentifikasi permintaan sepatu dengan lebih akurat dan spesifik, sehingga produksi sepatu skala besar untuk meminimalisir biaya produksi tidak lagi diperlukan. Markus kemudian mengemukakan konsep smart city yang mulai dijajaki di beberapa kota besar di Uni Eropa. Contohnya adalah IoT dalam bentuk e-mobility memungkinkan tiap orang untuk bisa memakai transportasi publik sesuai dengan preferensi pribadinya, yang kemudian juga meringankan beban transportasi dan mengurangi kemacetan. Menurut Markus, ojek online di Indonesia sudah memulai merintis sistem yang searah, katanya “Gojek merupakan solusi untuk transportasi yang smart. Akan tetapi, Gojek belum bisa menjadi solusi untuk kemacetan”.

Bahasan terakhir dari Markus adalah situasi perburuhan di era yang dimana robot bisa menggantikan manusia ini. Menurutnya terjadinya penurunan kebutuhan atas buruh di level operator adalah benar terjadi, tetapi hal ini bukan sesuatu yang perlu ditakuti karena adanya peningkatan kebutuhan pekerja di bidang Teknologi Informasi (IT). Mengantisipasi kebutuhan ini, Markus memberikan beberapa saran bagi institusi pendidikan, yaitu: menyediakan perangkat keahlian yang lebih luas; mengejar ketinggalan dalam keahlian IT; dan menawarkan format pendidikan berkelanjutan baru yang membekali para profesional dengan keahlian yang dibutuhkan di era ini.

Narasumber kedua, Kresnayana, memaparkan situasi inovasi, perindustrian dan perekonomian Indonesia dan persiapan yang perlu dilakukan dalam menghadapi Industry 4.0. Menurutnya di Indonesia ada kecenderungan untuk menghambat inovasi, sebagai contoh adalah sistem pengajaran Lower Order Thinking Skills yang diterapkan di sekolah yang kemudian bermasalah ketika soal Ujian Nasional memakai Higher Order Thinking Skills (HOTS). Menurut Kresnayana, HOTS lebih memungkinkan siswa untuk berinovasi. Dalam berinovasi, Kresnayana memberikan tips untuk menjadi kreatif, katanya “Don’t think outside the box. There are no box”. Maknanya adalah ungkapan berpikir di luar batas mengimplikasikan bahwa ada batasan, sedangkan seorang inovator harus melihat bahwa segala sesuatu tidak ada batasannya. (noel/Aj)

Facebook Comments