SHARE

Tanggal 21 April adalah hari kelahiran Raden Adjeng Kartini, seorang pionir emansipasi wanita Indonesia, dimana di jamannya Kartini menentang budaya tradisional yang menghalangi wanita mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan jabatan yang lebih tinggi dari pria. Hal ini menjadi titik tolak persamaan hak dan penyetaraan gender di Indonesia serta  semangat Kartini menjadi inspirasi wanita untuk memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam tanggung jawab, baik dalam hal karir, keluarga, maupun pengabdian terhadap bangsa dan negara.

Departemen seni dan kebudayaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Kristen (UK) Petra menyelenggarakan talkshow hari Kartini bertajuk “Women Empowerment” pada tanggal 27 April 2018 di Auditorium UK Petra dengan narasumber Nadine Chandrawinata dan Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom., dosen program studi Desain Komunikasi Visual UK Petra. Acara ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran peran wanita Indonesia tanpa menghilangkan kodratnya sebagai wanita.

Nadine yang pernah menjadi wakil Indonesia dalam ajang Miss Universe dan saat ini menjadi duta wisata dan aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) “Sea Warrior” yang bergerak di bidang kepedulian hayati lautan berkata bahwa semua wanita dilahirkan sama dan sederajat dengan pria dan memiliki peran dan tanggung jawab yang sama besarnya untuk mengusahakan kehidupan yang lebih baik dan memberikan manfaat positif untuk sekitarnya.

Aniendya menyampaikan pandangannya atas perayaan Hari Kartini zaman sekarang, katanya “Ini adalah kesempatan bagi perempuan untuk merayakan tidak hanya dengan berkebaya, tetapi sebagai manusia yang utuh dalam segala hal”. Simbolisme dengan pemakaian baju daerah adalah baik, tetapi makna luhurnya adalah women empowerment (pemberdayaan perempuan)-wanita yang berdampak positif untuk lingkungannya.

Di sesi selanjutnya Nadine membahas tentang bagaimana menjadi seorang perempuan yang berdampak positif, menurutnya perempuan harus aktif dan mampu memberikan manfaat melalui kegiatan yang dilakukannya. Kegiatannya sebagai duta wisata dan aktivis LSM “Sea Warrior” adalah contoh dimana Nadine terjun dalam kegiatan organisasi tersebut dengan pengetahuan dan kemampuan yang terbatas akan tetapi dengan passion dan semangat, apapun bisa dilakukan olehnya.

Aniendya berpendapat bahwa saat ini perempuan sudah sadar pentingnya pendidikan akan tetapi kesadaran ini tidak selalu diimbangi dengan etika dan moralitas. Adanya etika dan moralitas yang melandasi pendidikan memampukan seorang perempuan berdaya tanpa meninggalkan kodrat luhurnya sebagai perempuan.

Di bagian penutup, Nadine menyampaikan pesan, “Perempuan itu hebat kalau mau belajar hal-hal yang baru, peduli dan aktif serta memberikan manfaat positif ke sekitarnya. “Menghargai pasangan, orangtua, keluarga dan kehidupan ini adalah peran penting yang dijalankan kaum perempuan”. Aniendya mengutip penggalan puisi karya Lenang Manggala sebagai pernyataan penutupnya, “Engkau adalah betina, kalau kau cuma tahu soal makan, tidur, bersolek dan kawin, banyaklah belajar, berpikirlah besar, rancanglah masa depan dan pandai-pandailah menempatkan diri, maka engkau akan disebut perempuan sejati.” (noel/dit)

Facebook Comments