SHARE

Fenomena globalisasi merambah segala bidang, termasuk juga pendidikan tinggi. Untuk memberikan akses pendidikan tinggi yang semakin baik, pada awal tahun 2018 ditetapkan bahwa akses telah dibuka bagi perguruan tinggi luar negeri dapat beroperasi di Indonesia. Kehadiran perguruan tinggi luar negeri di dalam negeri ini merupakan kesempatan dan tuntutan bagi perguruan tinggi dalam negeri untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pelayanannya. Untuk mendukung perkembangan perguruan tinggi dalam negeri, khususnya dalam bidang urusan internasional, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi menyelenggarakan Program Hibah Penguatan Kelembagaan Kantor Urusan Internasional (PKKUI) 2018. UK Petra mengusung visi “A Caring and Global University with Commitment to Christian Values” menerima program ini dan turut serta mengembangkan Biro Administrasi Kerjasama dan Pengembangan (BAKP), yang melakukan fungsi Kantor Urusan Internasional di UK Petra, agar bisa berkembang menjadi International Office yang berkalitas global. Meilinda, S.S., M.A., selaku Kepala BAKP, menyampaikan urgensi dilaksanakannya program ini, menurutnya “Universitas di Indonesia perlu bergegas memperkuat dan siap melayani di level internasional”.

Program Hibah PKKUI ini di tahun-tahun sebelumnya sudah tiga kali diterima oleh UK Petra. Akan tetapi, pada tahun 2018 ini ada sedikit perbedaan, yaitu UK Petra menerimanya sebagai bagian dari konsorsium tiga perguruan tinggi bersama dengan Universitas Airlangga (Unair) dan Universitas Udayana (Unud). Konsorsium lintas provinsi ini menerima hibah sebesar 150 juta rupiah dan mengadakan satu program pendidikan bersama dengan tajuk Summer in Surabaya – Bali 2018 (Sura-Bali 2018) yang diselenggarakan pada tanggal 14-29 Juli 2018 di Surabaya dan Bali. Summer program yang berdurasi dua minggu ini mengangkat tema Society Empowerment through Sociopreneurship. Yang ditawarkan program ini adalah pendidikan lengkap tentang sociopreneurship. Sociopreneurship adalah bentuk wirausaha yang mengedepankan nilai dan tanggungjawab sosial.

Peserta selama tiga hari pertama mendapatkan materi Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dan Kewirausahaan umum di Unair. Setelah tiga hari mendapatkan materi dasar di Unair, para peserta melanjutkan belajar di UK Petra selama empat hari. Fakultas Seni dan Desain UK Petra membekali para peserta dengan materi kewirausahaan berkelanjutan (sustainable entrepreneurship) di tiga aspek, yaitu: aspek ekonomi, aspek ekologi, dan aspek sosial sebagai fokusnya. Peserta juga mendapatkan pelatihan komputer grafis untuk membantu mereka membuat Business Model Canvas (BMC) suatu alat bantu merancang model wirausaha baru. Setelah perkuliahan di Surabaya selama tujuh hari, para peserta melanjutkan di Universitas Udayana Bali selama tujuh hari. Di Bali, mereka mengaplikasikan wawasan sociopreneurship yang sudah didapatkan di Surabaya pada lima perusahaan di Bali. Mereka ditugaskan membuat menganalisa BMC kelima perusahaan tersebut, mendiskusikan, dan mengusulkan pengembangan BMC yang terkait dengan sociopreneurship. Dengan implementasi nyata hasil pendidikan ini, maka dampak positif pendidikan melalui program PKKUI ini dirasakan juga oleh masyarakat selain mahasiswa peserta program.

Program ini diikuti 60 mahasiswa asing dari 10 negara, yaitu: Korea Selatan, Malaysia, China, Singapura, Vietnam, Brunei Darusalam, Republik Ceko, Taiwan, Thailand, dan Myanmar. Para mahasiswa asing ini ditemani oleh 12 mahasiswa terpilih dari konsorsium. (noel/padi)

 

Facebook Comments