SHARE

Ada banyak cara untuk merayakan hari jadi kota Surabaya, Salah satunya seperti yang dilakukan oleh mahasiswa dan dosen Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Kristen Petra (UK Petra) dengan mengikuti lomba Cipta Motif Batik dalam ajang Surabaya Fashion Parade awal Mei lalu dan berhasil menjadi juara, dimana juara 1 diraih oleh Theresia Monica, juara 2 diraih oleh Febrina dan Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom menyabet juara 3.

“Awalnya ini merupakan bagian dari Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Art and Craft yang sesuai dengan tema pembelajarannya tahun ini yaitu batik yang bekerjasama dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) batik di kawasan Dolly. Lalu saya, bu Maya dan bu Inggrid selaku dosen pengampu mata kuliah mendorong para mahasiswa untuk lebih berani berekspresi dan bersaing dengan dunia luar. Kebetulan ada kompetisi membuat desain batik dengan tema kota Surabaya maka kami kemudian menghimbau para mahasiswa untuk mengikuti kompetisi tersebut.”, ungkap Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom selaku salah satu dosen pengampu Mata Kuliah Art and Craft.

Bagaimana motif batik yang dibuat para sivitas akademika UK Petra ini hingga berhasil memikat juri?

  •    Theresia Monica (Mahasiswi DKV, peraih juara 1)

Ingin membawa pesan bahwa kota Surabaya adalah kota yang indah dengan segala keberagaman tetapi dapat menghasilkan simfoni yang indah. Hal ini berhasil menghantarkan Theresia Monica meraih gelar juara pertama. Batik Soera itulah nama motif batik karya Theresia Monica.“Diambil dari kata Soera ing Baya yang artinya berani melawan kejahatan. Desain batik ini ingin menunjukkan keberagaman dalam dinamisme yang disatukan  semangat persatuan.”, ungkap mahasiswi semester 6 itu.

Bunga Jarak, Beluntas, Biduri, dan Kenanga merupakan 4 elemen utama dalam desain batik Soera. Empat tumbuhan tersebut adalah representatif dari beberapa nama jalan  yang terletak di kota Surabaya (Jl.Jarak, Jl.Embong kenongo, Jl.Biduri Pandan, Jl.Nyamplungan). Disesuaikan dengan tema Cryptic (misterius), desain batik ini menggunakan 5 elemen warna yaitu Slate Gray, Aegean Blue, Bondi Blue,Cinereous, serta Chartreuse sebagai warna komplimenter.

“Yang paling sulit adalah saat mencocokkan ujung-ujung desainnya sebab harus berulang karena desain batik cap dan latar belakangnya menggunakan elemen api. Kiri harus ketemu dengan kanan lalu atas harus ketemu bawah sehingga ketika dicap polanya bisa berulang-ulang”, urai Theresia. Hasil jerih payahnya berbuah manis, Theresia berhasil membawa piala, sertifikat dan uang tunai sejumlah Rp. 1.500.000,00.

  •    Febrina (Mahasiswi DKV, peraih juara 2)

“Saya tidak menyangka dan hanya melakukan yang terbaik”, ungkap Febrina yang dihubungi saat ditanya perasaannya berhasil menyabet juara 2. Batik Surabaya, Febrina menamakan motif batik yang ia buat. Cukup banyak komponen motif yang ia masukkan dalam motif batik ini yaitu kupu-kupu, jarak, daun semanggi dan bambu runcing. Konsep batik ini mengambil dari fenomena yang sedang ramai di Surabaya beberapa tahun belakangan ini yaitu penutupan lokalisasi Dolly.

Mahasiswi angkatan 2015 ini mengambil empat warna yaitu putih sebagai dasarnya, biru tosca, hijau dan hijau kekuningan. Febrina ingin menonjolkan semangat perjuangan, sisi tangguh sekaligus keramahan masyarakat Surabaya pada media batik.  “Awalnya tidak ada komponen daun semanggi dan bambu runcing akan tetapi agar nuansa Surabayanya semakin kuat maka ditambahkannyalah dua komponen itu. Semanggi merupakan makanan khas Surabaya sedangkan bambu runcing merupakan senjata khas arek Suroboyo.”, urainya saat di hubungi melalui telepon.

Jika dilihat lebih jauh lagi, pilihan motif batik Febrina yang memakai warna hijau didasari oleh Surabaya yang terkenal dengan kota yang memiliki banyak area hijau. Bambu runcing dan daun semanggi yang berwarna hijau untuk menunjukkan sisi hijau dan asri kota Surabaya. Motif batik yang unik ini akhirnya menghantarkan Febrina meraih juara 2 dan membawa pulang piala, sertifikat dan uang tunai sebesar Rp. 1.000.000,00

  •    Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom (Dosen DKV, peraih juara 3)

Batik Rujak, itulah nama batik hasil karya dari dosen yang mempunyai hobi membaca ini. Hal ini merupakan komposisi antara kupu-kupu, daun jarak dan Risma. Nindy, begitu ia biasanya dipanggil, sengaja menambahkan sosok Risma dalam motif batiknya. “Inspirasi utamanya berasal dari metamorphosis Kampung Dolly dan Jarak di Kelurahan Putat Jaya. Wajah kampung Dolly kini kian menawan berkat gotong royong dari berbagai pihak termasuk salah satunya Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Saya sangat terkesan dengan keberanian pemimpin pertama perempuan di Surabaya tersebut. Ia tak hanya menutup lokalisasi saja akan tetapi juga memberikan solusi yang baik”, urainya.

Nindy memikirkan ide ini sekitar dua hingga tiga minggu lamanya. Uniknya, tokoh Risma dibuatnya dengan siluet diantara motif kupu dan daun jarak. Batik Rujak ini memiliki rumus tersendiri untuk menghasilkan karya yang apik. Komponen Kupu ditambah daun Jarak ditambah siluet menghasilkan sebuah bentukan motif batik yang unik. Nindy menggunakan tiga warna dalam karya batik Rujak ini yaitu slate grey, Bondi Blue dan Cinereous.

Tak sia-sia usaha kerasnya. Nindy berhasil membawa pulang piala, sertifikat dan uang tunai sejumlah Rp. 750.000,00. “Saya tidak menduga karya saya bisa menjadi juara, sebab hasil karya yang lain sangat bagus. Saya hanya ingin mempersembahkan sesuatu yang sesuai dengan kemampuan seni yang saya miliki untuk kota Surabaya.”, tutupnya. (Aj/dit)

Facebook Comments