SHARE

Pada 5-8 Juni 2018, para mahasiswa yang tergabung dalam mata kuliah  Desain Produk Interior II (DPI II) menggelar pameran service learning bertajuk “Co-Working Office Furniture-For A Productive Surabaya”. Pameran ini digelar di KORIDOR co-working space jalan Tunjungan-gedung Siola lantai 3. Sebanyak 28 mahasiswa yang terbagi dalam enam kelompok ini dituntut untuk dapat menciptakan desain produk interior dalam ruang kerja (work space) yang ergonomis dan berdaya guna.

Pada semester ini, pembelajaran DPI II dikemas dalam kegiatan Service Learning, dengan melibatkan KORIDOR co-working space yang dikelola oleh pemerintah kota (pemkot) Surabaya.  KORIDOR merupakan sebuah ruang kerja bersama yang disediakan cuma-Cuma oleh pemkot Surabaya untuk memfasilitasi masyarakat Surabaya, khususnya generasi muda untuk berinovasi dan berkreasi. Tempat ini diharapkan dapat menjadi saluran komunikasi dan peluang kerjasama antar bidang industri kreatif yang digarap anak-anak muda Surabaya. Tempat ini digagas oleh walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini dan didukung oleh berbagai media, universitas dan industri kreatif Surabaya.

Para mahasiswa semester empat ini berkesempatan untuk menunjukkan kompetensi dan sumbangsih terhadap perkembangan kota Surabaya. “Tujuan dari kegiatan ini secara khusus bagi mahasiswa adalah supaya mereka memperoleh pengalaman mempresentasikan karya dan mengaplikasikannya secara nyata. Selain itu    mahasiswa dapat memberikan sumbangsihnya secara nyata terhadap perkembangan kota Surabaya,” ujar Grace Mulyono, S.Sn., MT., selaku koordinator pameran DPI II.

Sebelumnya, para mahasiswa melakukan survei dan analisa terhadap kenyamanan pengguna KORIDOR co-working space terhadap fasilitas kerja. Analisa ini digunakan sebagai pedoman mahasiswa untuk menghasilkan desain fasilitas kerja yang nyaman dan dapat diterapkan di KORIDOR. Karya-karya yang dipamerkan ini dievaluasi oleh mahasiswa, dosen, dan masyarakat pengguna KORIDOR. “Dari hasil penilaian ini, pemkot Surabaya sebagai pihak pengelola akan memilih desain yang nantinya akan diproduksi secara massal untuk benar benar direalisasikan di KORIDOR. Dengan proses belajar tersebut diharapkan mahasiswa mengerti proses desain sebagai solusi masalah di lapangan,” ungkap Grace.

Mahasiswa diminta membuat karya dengan bahan utama yaitu enceng gondok, rotan dan batik. Mahasiswa juga bekerja sama dengan beberapa Usaha Kecil dan Menengah (UKM), seperti UKM enceng gondok dan UKM batik. Salah satu karya yang dipamerkan adalah RECE (Rotan Enceng Gondok). Terinspirasi dari bakul nasi, produk ini terdiri dari satu set meja dan kursi, keduanya terbuat dari anyaman enceng gondok dan rotan. Untuk bagian meja, bahan tambahan yang digunakan adalah kaca dan multiplek. Untuk bagian kursi dilengkapi dengan spons yang dilapisi kain bermotif batik. Uniknya, kursi ini memiliki fungsi ganda yaitu selain dapat digunakan bersamaan dengan meja, bagian alas dan sandaran kursi dapat diturunkan sehingga dapat digunakan dengan posisi lesehan. “Produk kami memiliki nilai ergonomis, karena ukuran sesuai dengan  hasil analisa perabot. Selain itu, produk kami nyaman karena memiliki sandaran dan bantalan dari spons, sehingga tidak mudah lelah jika digunakan dalam waktu lama,” terang Venlista Suprapto, mahasiswa yang tergabung dalam kelompok RECE. (rut/dit)

Facebook Comments