SHARE

Dalam diskusi di kelas-kelas Etika Profesi mengenai kaitan antara iman dan ilmu, atau iman dan pekerjaan, cukup banyak mahasiswa yang masih mengalami kesulitan untuk melihat relasi antara imannya dengan ilmu yang sedang dipelajari atau kaitan imannya dengan pekerjaan kelak. Singkatnya, kuliah ya kuliah. Kerja ya kerja. Ibadah ya ibadah. Sadar atau tidak sadar, inilah contoh nyata pengaruh dualisme, sebuah pandangan yang memisahkan dan memberi batasan tegas antara kehidupan rohani dengan sekuler. Tidak ada hubungan antara iman dan hidup keseharian!  Pemikiran seperti ini pun seringkali masih dimiliki oleh orang Kristen. Doktrin atau kebenaran dilihat hanya sekadar informasi yang di pelajari di gereja atau tempat ibadah yang tidak perlu (bahkan sulit) diterapkan dalam kehidupan rutin sehari-hari. Urusan agama adalah hal pribadi yang tidak perlu dicampuradukkan dengan bagian lain dari kehidupan seseorang. Dengan pola hidup dualisme seperti ini, tidaklah mengejutkan jika seseorang akan menjadi orang yang berbeda pada waktu yang berbeda dan di tempat yang berbeda. Seseorang akan memiliki standar ganda! Di dalam area agama, seseorang akan menggunakan kitab suci dan pengajaran agamanya sebagai acuan kebenaran. Sementara di dalam kehidupan profesi, standar kebenaran diukur dengan alat yang lain seperti uang, prestasi, kekuasaan, atau kenyamanan. Tidak lagi ada relasi di antara dua dunia ini.

Jikalau kita hidup dalam konsep dualisme, maka berbicara mengenai misi dalam dunia profesi adalah suatu hal yang mustahil. Misi berasal dari kata Yunani “apostello” yang berarti “mengutus.” Konsep misi dalam Alkitab menekankan lima hal penting yaitu otoritas Tuhan sebagai Pengutus, ketaatan pihak yang diutus, tugas penting yang harus dilaksanakan, kuasa ilahi untuk menyelesaikan tugas tersebut, dan tujuannya untuk memenuhi apa yang menjadi bagian dari rencana Allah bagi dunia. Dalam kacamata dualisme, misi dilihat sebagai hal rohani yang berlaku hanya bagi para rohaniwan, misionaris, penginjil, atau pendeta. Sedangkan profesi atau pekerjaan di lihat sebagai hal sekuler yang bertujuan sekadar mencari uang, bertahan hidup, dan aktualisasi diri!

Dalam kekristenan, tidak ada dualisme dalam iman dan pekerjaan. Yang ada ialah integrasi antara iman dan pekerjaan. Bekerja bukanlah hukuman Allah karena kejatuhan manusia dalam dosa! Sebaliknya, jauh sebelum manusia jatuh dalam dosa, Allah menciptakan manusia untuk bekerja (Kej. 1:27-28; 2:15). Sebagai umat tebusan Allah, orang percaya dipanggil dan diutus sebagai wakil Allah untuk berkarya melalui berbagai profesi yang ada. Dengan kata lain, setiap orang harus bermisi melalui profesinya masing-masing.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, menghayati bahwa profesi kita adalah sarana untuk melayani Tuhan. Profesi bisa berbeda-beda, namun kesamaannya ialah inilah sarana kita melayani Tuhan. Inilah bentuk ucapan syukur atas semua talenta, bakat, kelebihan, keahlian, kapasitas diri yang telah diberikan Tuhan secara khusus.

Kedua, memberikan kontribusi positif bagi orang lain melalui profesi kita. Karya dan pengabdian kita di Institusi pendidikan ini sudah seharusnya diarahkan terus untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Baik dosen maupun persona kependidikan sama-sama memiliki kontribusi penting dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Bukankah sebuah sukacita yang besar jika para mahasiswa yang dididik di kampus ini kelak menjadi orang-orang yang tinggi iman, ilmu, dan pengabdian?

Ketiga, menjadikan nilai-nilai kebenaran Tuhan sebagai kompas etika dalam bekerja. Dalam bekerja kita bisa saja tergoda untuk melakukan berbagai kecurangan demi keuntungan pribadi. Kita bisa saja diperhadapkan dengan pilihan dilematis. Dalam menghadapi setiap tantangan tersebut, prinsipnya tetap sama yaitu setiap hal yang kita lakukan atau putuskan haruslah sebuah keputusan dan tindakan yang menghormati Tuhan. Jika hal tersebut melanggar prinsip kebenaran firman Tuhan, maka jangan dilakukan! Kita tidak akan bisa mengucap syukur atas segala prestasi, pencapaian, keberhasilan, atau keuntungan yang didapatkan, jikalau kita memakai cara-cara yang curang atau tidak benar. Orang atau sistem bisa kita bohongi atau manipulasi, namun Tuhan tidak bisa dimanipulasi bahkan dengan sebuah ucapan syukur!

Misi dalam profesi berbicara mengenai panggilan dan tanggungjawab kita untuk menghadirkan nuansa kerajaan Allah melalui pekerjaan kita. Biarlah melalui profesi kita dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, administrasi, seni, sastra, desain, ekonomi, teknik, media, lingkungan, hukum, dan lain sebagainya boleh dipersembahkan kembali demi hormat dan kemuliaan Tuhan. Mari berkarya dan bermisi sesuai dengan profesi kita.

Facebook Comments