SHARE

Program studi arsitektur Universitas Kristen Petra (UK Petra) berkesempatan menjadi tuan rumah acara Platform for Asian Architecture and Urbanism (PAAU) pada 11-15 Oktober 2018. PAAU merupakan workshop tahunan internasional yang diikuti beberapa universitas dan tahun ini menginjak penyelenggaraan yang ke-6. Pada acara kali ini, para peserta diajak berkunjung ke kampung-kampung di Surabaya dan Gresik. “Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dan dosen program studi Arsitektur, Urban Design, dan Planologi dari tujuh universitas di Asia,” ujar Rully Damayanti, S.T., M.Art., Ph.D, selaku koordinator kegiatan PAAU.

PAAU 2018 mengangkat tema “Embedding Fluidity”, dimana para peserta diajak memahami ruang kampung yang berbeda dengan ruang perkotaan yang modern. Memahami ruang kampung itu adalah sesuatu yang sangat dinamis dan mudah berubah-ubah dimana hampir semua negara Asia memiliki isu serupa. Melalui kegiatan ini Rully ingin mengajak sesama warga Asia untuk mengenal keunikan ruang kampung tersebut. Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah supaya mahasiswa dapat menghasilkan suatu karya arsitektur yang menjawab kebutuhan warga sedangkan untuk dosen supaya mendapatkan pemahaman tentang filosofi ruang yang berbeda dari teori barat.

Sebanyak 98 peserta berasal dari beberapa universitas ternama, diantaranya Silpakorn University Thailand, Kunmig University China, KRVIA Mumbai India, Tunghai University Taiwan, Taylors University Malaysia, UTAR Malaysia, dan  UK Petra. Peserta dibagi dalam lima kelompok besar yang didampingi oleh dosen supaya dapat berdiskusi untuk menghasilkan ide desain dan produk arsitektural dari berbagai kampung yang dikunjungi.

Pada hari pertama peserta diajak mengunjungi kampung Ketandan dan Kampung Kebangsren, Tunjungan Surabaya untuk melakukan identifikasi fenomena fisik atau sosial kampung tersebut. Dengan berjalan kaki menyusuri kampung, peserta diajak mengamati keunikan arsitektur di kampung ini. Setelah berkeliling, peserta berkumpul di pendopo untuk mendengarkan penjelasan dan berdiskusi mengenai kampung tersebut “Kita ingin menunjukkan bahwa kampung di Indonesia punya keunikan, kehidupan sosial yang ramah, bersih, dan teratur,” lanjut Rully.

Jason Yap, mahasiswa UTAR Malaysia menyatakan bahwa ia baru pertama kali berkunjung ke Indonesia. Setelah mengunjungi kampung Ketandan, ia menyatakan bahwa kampung ini sangat rapi dan bersih. “Kampung disini hampir sama dengan kampung di Malaysia, hanya saja disini lebih rapi dan bersih,” ujar Jason.

Pada hari kedua, peserta diajak ke Gresik mengunjungi Kampung Kemasan dan Omah Damar. Mereka belajar mengenai Damar Kurung dan produk kemasan. Hari ketiga peserta diajak mengunjungi kampung Ampel di Surabaya. Kampung Kemasan dan Omah Damar di Gresik serta kampung Ampel di Surabaya dipilih karena kuat dalam budaya dan religi, serta memiliki nilai jual. Keesokan harinya, peserta diajak berjalan di Car Free Day di Surabaya. Hal ini unik karena tidak semua negara memiliki Car Free Day, sehingga akan menjadi pengalaman unik bagi peserta. Pada hari terakhir, para peserta melakukan presentasi dan pameran karya yang telah mereka selesaikan selama workshop. (rut/dit)

Facebook Comments