SHARE

Tanggal 8 Oktober yang lalu dua mahasiswi Program Studi Sastra Tionghoa Universitas Kristen Petra (UK Petra) menyabet dua predikat kejuaraan dalam ajang lomba Karya Puisi Berbahasa Mandarin yang diadakan oleh Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta. Temanya adalah Kontribusi Generasi Z Menuju Indonesia Emas. Bagaimana kisah mereka? Simak kisahnya berikut.

Febe Leonora Agung

Gegap gempita Asian Games 2018 yang baru saja berakhir menjadi inspirasi Febe Leonora Agung dalam membuat puisinya. “Emas Indonesia” itulah judul puisi berbahasa Mandarin karya mahasiswi angkatan 2017 ini dan berhasil menghantarkannya memperoleh prestasi juara 1. “Saya sama sekali tidak menyangka akan memenangkan perlombaan ini apalagi mendapat juara pertama, sebab saya merasa puisi ini masih banyak kekurangannya”, urai gadis yang baru pertama kali mengikuti kompetisi cipta puisi ini.

Proses yang dilakukan Febe cukup lama, sekitar 3 hari ia baru bisa menyelesaikan karyanya sejumlah enam paragraf. Melalui puisi ini, Febe ingin mengajak anak muda lebih semangat untuk membawa perubahan. Kata-kata “emas” dianalogikan oleh Febe sebagai sekumpulan generasi Z yang mempunyai segudang prestasi. Mereka bersatu mengharumkan nama Indonesia, meskipun dari suku dan agama yang berbeda-beda.

“Setelah membaca puisi ini, saya harap anak-anak muda Indonesia mampu membawa perubahan dengan bertanding di bidang akademik maupun non akademik untuk bersatu membawa nama Indonesia ke kancah internasional”, urai gadis yang hobi baca buku ini. Prestasi nasional ini semakin memacu Febe yang lahir 16 Agustus 1999 ini, untuk tidak ragu-ragu mencoba  berbagai kompetisi.

Kurniawati Adirahsetio

Lain halnya dengan gadis yang akrab dipanggil Nia ini, ia sering membuat puisi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) meski dalam bahasa Indonesia. Hanya dalam sehari saja, puisinya berjudul “Bangunlah!” sudah jadi dalam bahasa Indonesia dan berhasil menghantarkannya menjadi pemenang juara 2.

“Meski sudah biasa membuat puisi, akan tetapi saya melakukan pencarian data terlebih dahulu. Saya menemukan fakta bahwa anak muda generasi Z ini suka sekali bermain telepon genggam dengan gaya menunduk. Dari sinilah akhirnya saya mendapat ide bahwa judulnya “Bangunlah” yang maksudnya tegakkan kepalamu dan mulailah buat sesuatu untuk Indonesia”, urai mahasiswi yang mempunyai hobi membaca buku novel.

Mahasiswi angkatan 2016 ini sempat berdiskusi dengan dosennya mengenai hasil karya puisinya tersebut. Puisi yang singkat dan sarat dengan makna ini, khusus ditujukan pada generasi muda yang gemar bermain gawai. “Saya ingin agar anak muda yang membaca puisi saya menjadi sadar dengan lingkungannya sendiri sebab masa depan ini milik anak muda itu sendiri, dan generasi muda harus berbuat sesuatu”, ungkap gadis kelahiran Sidoarjo 11 April 1998 silam. (Aj/dit)

Facebook Comments