SHARE
Chandra (tiga dari kiri)

Kita dapat menambah ilmu pengetahuan kita dengan membaca. Buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya. Perpustakaan yang nyaman dapat mendorong mahasiswa untuk lebih banyak membaca. Namun sayangnya, perpustakaan di Indonesia belum dapat dikatakan “nyaman” untuk bisa mendorong mahasiswa datang ke sana.

Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggandeng Leadership Institute of Hong Kong University untuk melakukan pelatihan bernama Short Term Training pada 10 pustakawan Indonesia yang terpilih. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) mengenai standar pengelolaan laboratorium mutakhir, serta meningkatkan kegiatan pengembangan Laboratorium di Perguruan Tinggi. Melalui proses seleksi, Chandra Pratama Setiawan, M.Sc., seorang pustakawan Universitas Kristen Petra (UK Petra) Surabaya, terpilih mengikuti kegiatan ini selama enam hari mulai 8 – 13 Oktober 2018 di Hong Kong University Libraries.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan soft-skill sumber daya manusia khususnya untuk pustakawan di Indonesia. Output yang diharapkan adalah pengembangan pustakawan dalam mengelola perpustakaan, agar dapat meningkatkan minat baca mahasiswa di Indonesia. “Kesempatan belajar di luar negeri itu tetap suatu hal yang menarik,” ujar Chandra mengenai motivasinya mengikuti pelatihan ini.

Mayoritas kegiatan harian Short Term Training adalah sesi kelas dengan Leadership Institute of Hong Kong University. Adapun pembekalan materi dilakukan selama 8 jam dari jam 9 pagi hingga 5 sore. Materi yang diberikan adalah materi mengenai leadership secara umum, knowing your characters, dan how to be a good leader. Selain itu, juga ada materi mengenai perpustakaan sendiri, yaitu user experience di perpustakaan, patron survey dan cara mengevaluasinya, dan pada akhirnya para peserta akan presentasi mengenai studi kasus yang telah didapatkan mereka di awal Short Term Training. Di akhir kegiatan, para pustakawan diajak untuk mengunjungi beberapa perpustakaan di Hong Kong yaitu Hong Kong Polytechnic Libraries, dan Chinese University of Hong Kong Libraries.

Pria berkacamata ini mengaku kagum dan mendapat banyak hal dari pelatihan, seperti bagaimana zoning perpustakaan yang baik, mengikuti trend yang sesuai dengan kebutuhan user perpustakaan, bagaimana sebuah perpustakaan dapat memfasilitasi mahasiswa untuk berpikir lebih kreatif (seperti alat Virtual Reality dan 3D printer), dan bagaimana teknologi dapat memudahkan dan membantu pengguna di dalam menggunakan perpustakaan. Chandra berharap untuk dapat membawa apapun yang dapat diterapkan di Indonesia dari pelatihan yang dilakukan di Hong Kong, agar terus dapat mengembangkan perpustakaan khususnya di Universitas Kristen Petra Surabaya. “Apa yang bisa diterapkan di kita (Indonesia), maka akan kita lakukan agar bisa bermanfaat,” tutupnya. (luk/Aj)

Facebook Comments