SHARE
Inggrid : Berkacamata

Kembali lagi Universitas Kristen Petra meraih prestasi. Kali ini, Aurelia Inggrid Setiono berhasil merebut tiga medali emas pada Kejuaraan Renang antar Mahasiswa se-Indonesia (KRAMSI) VIII. Acara tersebut diadakan pada 25-27 Oktober 2018 di Universitas Hassanudin, Makassar. Tak hanya itu saja, Inggrid, biasa dipanggil bahkan berhasil merebut predikat Perenang Terbaik pada kompetisi tersebut karena kecepatan renangnya yang lebih mendekati rekor nasional.

Aurelia Inggrid Setiono merupakan mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi dengan peminatan Marketing Public Relations di UK Petra. Untuk urusan olah raga renang, prestasi Inggrid memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Berbagai kompetisi renang berhasil ia menangkan. Salah satunya adalah ia pernah merebut dua medali pada kompetisi POMNAS di tahun 2017 kemarin. Pada KRAMSI VIII, Inggrid berhasil menyabet tiga medali emas untuk nomor 50m gaya bebas putri, 50m gaya kupu putri dan 100m gaya kupu putri.

Kompetisi KRAMSI sendiri bukanlah sebuah kompetisi kecil. Inggrid harus bersaing dengan
16 universitas lain yang ada di Indonesia. Ketika ditanya alasan mengikuti kompetisi ini, alumnus SMAK Santo Albertus, Malang ini menjawab, “sebenarnya ya iseng saja. Saya mengikuti lomba ini juga karena diajak oleh anak-anak UKM renang. Jadi saya memutuskan untuk ikut,” ujarnya. Sebenarnya terdapat dua mahasiswa UKM renang yang mengikuti kompetisi ini, namun hanya Inggrid yang berhasil membawa pulang medali.

Menjadi juara pada kompetisi ini tentulah membutuhkan persiapan yang matang. Untuk
mempersiapkan lomba ini, Inggrid memiliki caranya sendiri untuk berlatih. “Sebetulnya kompetisi ini cukup mendadak. Jadi selama dua minggu saya terus menerus latihan setiap hari dari hari senin hingga kamis setiap jam 17.30 WIB sampai jam 20.30 WIB. Itupun tidak hanya latihan renang, tetapi juga latihan fisik dan sebagainya,” cerita Inggrid.

Selama kompetisi KRAMSI VIII di Makassar, terdapat beberapa hambatan yang dirasakannya salah satunya kondisi cuaca yang terlalu panas. Cuaca yang terlalu panas menyebabkan para peserta kompetisi menjadi cukup malas untuk melakukan pemanasan yang diperlukan sebelum melakukan kompetisi renang. Belum lagi ditambah rasa gugup yang menghalangi Inggrid merebut kemenangan pada kompetisi tersebut. “Kalau mengikuti lomba memang saya selalu deg-deg-an. Memang ketika renang hal tersebut tidak menganggu, tetapi saya menjadi nervous ketika nama saya dipanggil untuk mulai berkompetisi. Ini hambatan dari diri saya sendiri,” ujar mahasiswi kelahiran Kediri ini.

Berkali-kali menjadi juara tidak menjadikan Inggrid sebagai sosok yang selamanya dipuji-puji oleh banyak orang. Sampai saat ini, Inggrid masih merasakan menjadi seseorang yang kemampuannya dipandang sebelah mata oleh beberapa orang. Bahkan dalam kompetisi ini pun, Inggrid sempat merasakan kemampuannya sempat diragukan. “Ada yang sempat meragukannya, katanya ‘yakin anak ini akan menang?’ jujur saja saat itu saya kesal. Tapi itulah yang menjadi pemicu utama saya untuk menang. Saya ingin membuktikan kalau saya bisa menang. Saya tidak berpikir muluk-muluk, pada saat itu saya berpikir setidaknya saya bisa bawa pulang satu medali saja, apapun medalinya,” jelas Inggrid.

Pada akhirnya, motivasi tersebut tidak hanya membuahkan satu medali, tetapi tiga medali emas serta predikat Perenang Terbaik. Menjadi juara tidak hanya membutuhkan latihan yang keras, tetapi juga mental dan fokus yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan motto hidup Inggrid, yakni “usaha tidak akan mengkhianati hasil”. (vka/Aj)

 

Facebook Comments