SHARE

Di era globalisasi saat ini, topik mengenai diplomasi sangat penting untuk digalakan kepada seluruh masyarakat, terutama kaum muda. Kementerian Luar Negeri Indonesia mengadakan sosialisasi mengenai diplomasi dalam rangkaian acara bertajuk Diplomacy Festival (DiploFest) 2018. Mengawali acara DiploFest, Kemenlu mengadakan public lecture (kuliah umum) di lima universitas di Kota Surabaya. Pada hari Jumat, tanggal 23 November 2018 Universitas Kristen Petra (UK Petra) menjadi salah satu universitas yang berkesempatan untuk menjadi tuan rumah dari kuliah umum yang diadakan oleh Kementerian Luar Negeri.

Sebagai pembicara, hadir Dr. Siswo Pramono, LL.M, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Adwin Surya Atmadja, SE., MIEF., Ph.D selaku Ketua Program Studi Manajemen UK Petra dan dipandu oleh Dr. Sautama Ronni Basana, S.E., M.E sebagai moderator pada kuliah umum ini. Tema yang dibahas pada kuliah umum ini adalah Asian Century: The Economic Implication to Indo Pacific Region.

Tema Asian Century: the Economic implication to Indo Pacific Region diangkat untuk membahas kemajuan industry di Asia pada abad ini dan pengaruhnya terhadap negara-negara indo pasifik. “Dikatakan pada abad ke 18 adalah abadnya Inggris, pada abad ke 20 adalah abadnya Amerika, sedangkan pada abad ke 21 adalah abadnya Asia,” ujar Siswo yang alumni dari Monash University ini. Dikatakan bahwa penggerak abad Asia ini adalah munculnya inovasi-inovasi yang pada akhirnya menggerakan roda perekonomian benua Asia.

Hal lain yang mempengaruhi perekonomian benua Asia juga adalah kerjasama Indo Pasifik.  Pada dasarnya, indo pasifik memiliki konsep yang berbeda-beda, dimana dikatkan bahwa tiap negara bisa memiliki konsep indo pasifiknya sendiri. Seperti contohnya, pada negara Australia, mereka memiliki konsep indo pasifik yang melihat kerjasama ini sebagai potensi untuk mengimplementasikan kebijakan luar negerinya. Akan tetapi, hal tersebut berbeda dengan negara Indonesia, dimana konsep indo pasifik untuk negara Indonesia melihat ekonomi interdependence sebagai dasar dari ekonomi indo pasifik.

“Bagi negara Indonesia, yang utama bukanlah value. Cita-cita indo pasifik bagi negara Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika, dimana yang sama-sama akan dikerjakan tanpa memaksakan value. Jadi, lebih mengutamakan common interest untuk meningkatkan marginal revenue,” jelasnya pada kuliah umum yang dilaksanakan di amphiteathre UK Petra ini. Oleh karena itu, ia menekankan agar masyarakat Indonesia terus menciptakan inovasi hingga mencapai ranah internasional.

Selain Dr. Siswo Pramono, terdapat seorang pembicara lagi, yakni Adwin Surya Atmadja. Apabila Dr. Siswo Pramono lebih menekankan pada kondisi indo pasifik dan konsep-konsep indo pasifik, ketua prodi manajemen UK Petra ini lebih menekankan pada bagaimana meningkatkan produktivitas di indo pasifik ini. Ia mengatakan bahwa “kompetisi akan menciptakan inovasi.”

Pada akhir kuliah umum ini, Dr. Sautama Ronni Basana selaku moderator kuliah umum ini menarik sebuah kesimpulan. “apakah ada hope untuk Indonesia dalam kompetisi indo pasifik?” ujarnya. “jawabannya adalah Indonesia harus terus melakukan inovasi-inovasi.” (vka/Aj)

Facebook Comments