SHARE

Orang yang berprestasi adalah orang yang unggul dalam bidang tertentu, misalnya olahraga, musik, seni, termasuk prestasi akademis. Para orang tua  sering kali mengharapkan supaya anak-anaknya menjadi orang-orang yang berprestasi. Ada orang tua yang sangat bangga jika anaknya selalu menjadi juara 1 di kelasnya. Ada juga orang tua yang akan marah kepada anaknya jika anaknya hanya mendapat juara 2 di kelas. Mengapa demikian? Tentu karena orang tua tersebut ingin anaknya menjadi yang terbaik yaitu juara 1! Akibatnya, orang tua tidak lagi melihat bahwa menjadi juara 2 juga merupakan suatu prestasi. Mungkin saja anaknya telah mati-matian belajar, namun pada akhirnya hanya bisa mencapai juara 2. Bukankah kerja keras dari sang anak patut dihargai?

Prestasi adalah hasil akhir yang dicapai oleh seseorang. Bukankah proses seseorang mencapai prestasi tersebut juga patut menjadi perhatian? Karena inilah proses pembentukan dan pengembangan kualitas karakter seseorang. Pencapaian prestasi yang baik seharusnya berjalan beriringan dengan pembentukan kualitas karakter yang semakin baik. Apalah artinya prestasi yang cemerlang jika hal tersebut dicapai dengan cara yang curang? Bukankah ini menunjukkan kualitas karakter yang buruk dibalik jubah prestasi yang gemilang?

Matius 25:14-30 mengisahkan perumpamaan tentang talenta. Seorang tuan memberikan kepada hambanya lima, dua, dan satu talenta. Pemberian yang berbeda-beda ini disesuaikan dengan kemampuan hambanya. Dalam konteks Perjanjian Baru, 1 talenta= 6000 dinar. Jikalau upah buruh adalah 1 dinar/hari, maka 1 talenta adalah upah buruh selama 6000 hari. Dengan kata lain, 1 talenta adalah upah buruh selama hampir 20 tahun bekerja. Hamba yang menerima lima dan dua talenta dengan segera bekerja keras untuk mengembangkan uang tersebut sehingga memperoleh keuntungan  lima dan dua talenta juga. Sebaliknya, hamba yang menerima satu talenta justru menyembunyikan talenta itu dalam tanah!

Setelah sekian lama, tuannya datang dan mereka harus memberikan pertanggungjawaban. Terhadap apa yang telah dilakukan oleh hamba yang menerima lima dan dua talenta, sang tuan memberikan pujian, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Mat. 25: 21, 23). Kedua hamba itu menerima pujian yang sama, yaitu sebagai hamba yang baik dan setia yang telah berhasil mengerjakan tugas mereka sesuai dengan kapasitasnya. Penekanan utama dalam pujian ini adalah pada kualitas karakter yang dimiliki oleh kedua hamba tersebut, bukan pada jumlah uang yang telah berhasil mereka raih. Proses pelipatgandaan uang yang mereka lakukan sekaligus telah membentuk mereka menjadi seorang pekerja keras yang tekun, setia, dan bertanggung jawab sehingga mendapat hasil yang memuaskan.

Sebaliknya, terhadap apa yang dilakukan oleh hamba yang menerima satu talenta, sang tuan berkata, “Hai kamu, hamba yang jahat dan malas” (Mat. 25:26). Hamba ini jahat karena ia telah gagal mengenali siapa tuannya dan siapa dirinya. Ia menuduh tuannya sebagai tuan yang jahat. Akibatnya, dia tidak mengelola uang yang ia dapatkan. Tidak ada pencapaian yang patut dipuji. Justru ia dicatat sebagai hamba dengan kualitas karakter yang jahat dan malas!

Talenta menggambarkan segala sesuatu yang diberikan Tuhan kepada orang percaya. Tuhan berikan waktu, kemampuan, keahlian, bakat, karunia, berkat materi, dll. Ia mengharapkan kita bisa mengelola dan mengembangkannya dengan baik. Berjuang mati-matian untuk mencapai prestasi tidak salah, asalkan cara kita untuk mencapainya juga benar. Proses yang benar itu juga menolong kita untuk memiliki karakter yang semakin baik. Bagi mahasiswa, jika ingin mendapatkan nilai yang bagus, tentu harus belajar sungguh-sungguh mempersiapkan ujian maupun mengerjakan tugas-tugas kuliah. Intinya berusaha semaksimal mungkin sesuai kapasitas diri. Bagi pegawai yang ingin jenjang karier yang lebih baik, tentu harus menunjukkan kinerja yang baik sehingga memenuhi standar yang ditetapkan. Dalam mengejar dan mengembangkan prestasi, jangan lupa untuk terus membangun kualitas karakter yang lebih baik.

 

Facebook Comments