SHARE

Program International Business Management (IBM) Universitas Kristen (UK) Petra menggelar Public Speaking Festival bertajuk “Undivided Differences” pada Jumat, 5 April 2009, di ruang Amfiteater Gedung Q UK Petra. Joshua Chang selaku ketua panitia menyampaikan makna kegiatan ini, “Saya harap kita bisa mengingat bahwa kita berada di bawah bendera yang sama yaitu NKRI. Meskipun dibangun dalam perbedaan, tapi kita bisa sama-sama bersatu demi membangun masa depan yang lebih indah”.

Acara ini merupakan proyek tugas untuk dua matakuliah, yaitu English Skills dan Business English Speaking, yang diambil oleh mahasiswa semester 2. “Dalam kelas sejumlah 57 mahasiswa ini ingin mencapai dua hal. Yaitu pembelajaran Service Learning dan membangun solidaritas antar bangsa untuk lebih memaknai Pancasila dan Kebhinnekaannya. ”, ungkap Maria Natalia Damayanti Maer, Ph.D. selaku dosen IBM UK Petra dan koordinator mata kuliah Skills.

Proyek kelas ini bekerjasama dengan tiga yayasan dan satu sekolah dalam menjalankan misinya. Yaitu Yayasan Indonesia Sejahtera Barokah, Sanggar Merah Merdeka, Yayasan Pondok Hayat dan SDK St. Melania. Secara intensif selama lima minggu, para mahasiswa blusukan ke gang-gang sempit di Surabaya. Secara perlahan para mahasiswa mengajari anak-anak banyak hal mulai dari menyusun pidato dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris, melatih berpidato, gerak tubuh hingga percaya diri sampai pada kepekaan terhadap masalah nyata yang dihadapi diri dan lingkungannya dari kaca mata anak- anak. Anak diajak berfikir untuk mencoba menawarkan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi.

Ke-14 sekolah pra- sejahtera di Surabaya itu antara lain SD Darul Falah, SD Pancasila 45, SD Ubaid 3, SD Serba Guna, SD Karunia Hidup, SD Al Mufidah, SD Thohir Bakrie J, Madrasah Ibtidaiyah Adipura, SD Diponegoro, SD Kurnia Indah, Rumah Anak, SDK St. Melania, dan Sanggar Merah Merdeka. Setelah mendapatkan pelatihan, hanya satu anak yang akan dipilih untuk mewakili sekolahnya dan menceritakan permasalahan serta solusinya misalnya seperti banjir, sampah, menyontek, dan dialeksia.

Seusai menyampaikan pidatonya dalam waktu tiga menit, anak-anak memberikan hadiah pada sekolahnya yang telah dipersiapkan para mahasiswa IBM UK Petra sesuai dengan kebutuhan sekolah. “Awalnya saya memiliki ketakutan, apa yang terjadi kalau adik saya tidak menerima kehadiran saya karena berbeda ras dan agama. Tapi tak lama, stereotype itu terbantahkan oleh kenyataan. Saya menjadi lebih peka terhadap kondisi sosial dan memahami bahwa stereotyping itu tidak benar. Kemampuan komunikasi, kepemimpinan, kolaborasi hingga penguasaan diri saya jadi bertambah.”, urai Thalia, salah satu mahasiswi IBM saat ditanya mengenai kesannya men

gikuti proyek ini. (noel/Aj)

 

Facebook Comments