SHARE

Selasa, 28 Mei 2019, Teater Rumpun Padi Universitas Kristen Petra (UK Petra) bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) menyelenggarakan pentas akbar dengan judul ‘Bulan Berduka’. Pertunjukkan yang dilaksanakan di Auditorium Gedung W ini bertemakan pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi pada bulan Mei silam. Bulan Berduka mempertunjukkan pembacaan puisi serta dua aksi teater yang diperankan oleh mahasiswa-mahasiswa dari Teater Rumpun Padi.

Pentas akbar dibuka dengan sambutan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, R. Arja Angka A.A.A. Sadjiarto, S.E., M.Ak. yang dibawakan dalam puisi. Melalui puisi karya Rizal Rais yang berjudul “Si Dulu, Si Sekarang, dan Si Nanti”, beliau berpesan untuk tidak menyerah dalam menggapai impian. “Jika masa lalu adalah hal terburuk yang pernah kita lakukan, maka masa sekarang kita memperbaikinya karena suatu saat nanti kita yang akan menuai hasilnya, bukan mereka nanti.”, ungkapnya sembari disambut dengan tepuk tangan.

Pertunjukkan yang menjadi tajuk utama adalah pementasan dua naskah berjudul “Menanti Tanggal Dua Puluh Enam” dan “Putri Ibu”. Lakon “Menanti Tanggal Dua Puluh Enam” karya Marsetio Hariadi yang merupakan alumni UK Petra ini mengisahkan ketegaran sebuah keluarga dalam mempertahankan rumah tangga mereka meskipun salah satu anggotanya sampai ditangkap. Aksi teater berikutnya, Monolog “Putri Ibu” karya Putu Wijaya, sastrawan asal Bali, menggambarkan penyesalan seorang pria yang tidak bisa pulang mengunjungi Ibunya karena pekerjaannya hingga sang Ibu wafat. Kedua pentas tersebut merefleksikan rasa putus asa dan duka yang mewarnai peristiwa bulan Mei lalu.

Yosafat, ketua panitia pentas akbar menyatakan penonton berhasil menangkap pesan-pesan yang diungkapkan dalam aksi teatrikal ini. “Kami mementaskan naskah yang memuat perasaan duka pada kejadian di Bulan Mei. Perasaan-perasaan itulah yang ditangkap oleh penonton.”, ujarnya. (stf/dit)

Facebook Comments