SHARE

Mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi salah satu cita-cita negara yang tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Pada tahun 2019 ini, masih dalam suasana perayaan 74 tahun kemerdekaan Indonesia, menjadikan suatu ironi ketika cita-cita negara di bidang pendidikan ini masih belum terealisasi dengan baik.

Universitas Kristen (UK) Petra sebagai institusi pendidikan tinggi turut terbeban dan berkepentingan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka menyambut hari jadi UK Petra yang ke-60 pada tahun 2021, serta sebagai bentuk upaya dan kepedulian UK Petra terhadap pendidikan nasional, maka Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UK Petra menggelar Simposium Nasional Peduli Pendidikan Anak Bangsa pada tanggal 22 Agustus 2019 di Best Western Papilio Hotel, Surabaya.

Simposium ini dihadiri oleh para pakar pendidikan nasional. Dalam diskusi, ditemukan bahwa beberapa titik yang perlu diperbaiki dalam pendidikan di Indonesia. Yang utamanya dirasakan adalah sistem pendidikan yang menjadikan anak seperti robot. Allan Schneitz, pakar pendidikan dari Finlandia berbagi metode yang dipakai di Finlandia untuk membentuk anak-anak dengan kepribadian dan soft skill yang baik, yaitu melalui membacakan cerita, ia mengatakan “Di Finlandia, orang tua membacakan buku untuk anak-anaknya sejak usia dini. Hal ini perlu menjadi kebiasaan di Indonesia. Jika orang tua tidak bisa, sekolah perlu melakukan hal ini. Karena akan sangat mempengaruhi perkembangan akademik anak”.

Dr. Yohanes Moeljadi Pranata menyoroti adanya sentralisasi, yang merupakan warisan dari pemerintahan era sebelumnya di Indonesia, dalam pendidikan sebagai salah satu penyebab lestarinya budaya pendidikan berdasar konten. Siswa belajar untuk mengikuti konten yang dibuat secara nasional dengan ukuran yg tersentralisasi. Prof. Satryo Soemantri Brodjonegoro, ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, menyampaikan hal yang senada, yaitu diperlukan adanya otonomi dalam menyelenggarakan pendidikan. Ia menyampaikan, “Otonomi penting karena negara kita beragam dan pembakuan standar sekolah sukar menggambarkan keberagaman itu”.

Dr Magdalena Pranata, Dekan FKIP UK Petra, selaku moderator menggarisbawahi rekomendasi yang akan dihadirkan dari simposium akan mengarah pada perwujudan masyarakat Indonesia yang bermartabat, yang hidup dengan kualitas spiritual, intelektual, dan moral sesuai Pancasila. Melanjutkan mengenai pendidikan yang dapat menghasilkan perkembangan revolusioner untuk kepentingan anak didik, Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng. Djwantoro, Rektor UK Petra menyampaikan gagasan dipakainya membentuk Outcome Based Education (OBE) yang diwakili oleh sepuluh ketrampilan: complex problem solving, critical thinking, creativity, people management, coordinating with others, emotional intelligence, judgment and decision making, service orientation, negotiation, dan cognitive flexibility. Satryo sepaham dalam implementasi OBE, menurutnya “Pendidikan diupayakan outcome based education. Outcome is the most important, dan how to achieve depends on the locals”.

Diskusi satu hari dalam simposium ini menghasilkan penyelarasan pandangan atas permasalahan dan solusi dalam pendidikan. Hasil dari diskusi ini selanjutnya akan disampaikan ke pada Presiden Jokowidodo sebagai bunga rampai rekomendasi arah baru kebijakan pendidikan nasional. (noel/Aj)

Facebook Comments