SHARE

Dua gelar juara berhasil dibawa pulang oleh mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Kristen Petra (UK Petra) yang mengikuti lomba ADUIN 2020 yang diselenggarakan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Angelia Citraningsih dan Dyataftiani Mevilia dari Tim Idaman Mertua berhasil meraih juara III, sedangkan Feberika Kitono dan Son Claudio dari tim Esmosi berhasil meraih juara I di kategori Ambient Media. Kategori ini mengusung masalah pelecehan seksual di tempat kerja dimana kaum muda diajak untuk menyadari dan melawan segala bentuk pelecehan seksual yang terjadi di tempat kerja.

Tim Idaman Mertua membawakan konsep tema ‘Watch Out’ membuat ambient media untuk tempat umum dan yang sering digunakan oleh target seperti, kursi kantin/cafetaria dan bilik toilet untuk memberikan sekilas experience langsung dari isu pelecehan seksual ini. Tujuannya untuk meningkatkan awareness terhadap isu ini dan mulai berani angkat bicara melawan dilecehkan. “Dalam proses pengerjaan kami memposisikan diri sebagai korban yang mayoritas adalah wanita seperti kami, agar mengerti apa yang dirasakan. Dari cara ini kami menemukan ide baru.” ungkap Mevilia.

Strategi ini menggunakan stiker yang ditempel di balik pintu toilet dan kursi kantin. Stiker orang mengintip di bilik toilet akan terlihat jelas saat target sedang duduk di toilet, dan memberikan efek kejutan “sedang diintip”. Stiker di kursi kantin menggunakan gambar tangan menghadap atas seakan-akan memegang pantat target yang akan duduk, dan dapat memberi kesan pelecehan seksual. Harapannya dengan adanya media-media ini dapat menunjukkan urgensi isu pelecehan seksual di tempat kerja dan tidak menutup mata pada peristiwa pelecehan.

Sedangkan tim Esmosi sebagai juara I membawakan konsep tema ‘Kami Tidak Takut’ diambil dari insight pelaku yang menganggap wanita itu lemah dan tidak memiliki kekuatan untuk berbicara tentang tindakan kekerasan seksual. Pesan dari media yang diberikan bahwa wanita itu tidak lemah dan tidak takut pada tindakan pelecehan seksual. Permasalahan yang diangkat adalah catcalling, karena catcalling merupakan tindakan awal terbentuknya sebuah pelecehan seksual yang selalu dianggap remeh oleh masyarakat. Ide mengambil tempat toilet untuk mengambil experience perempuan menuju toilet sendirian atau berbarengan.

Target akan memasuki toilet dan sensor pengharum ruangan akan bekerja dengan mengeluarkan suara “sstt” secara terus menerus sebagai bentuk catcalling, kemudian target yang resah karena catcalling, akan bercermin dan melihat pesan yang ada pada cermin tersebut. Katakan “Kami Tidak Takut!”, Dari sini target akan membuat keputusannya, apakah ia akan melawan tindakan catcalling tersebut atau hanya menghiraukan saja.  Pada bagian kiri cermin terdapat pesan jawaban apabila target berani mengatakan “kami tidak takut”, isi pesannya “Iya? jika kamu melawannya, berarti kamu berhasil mengurangi awal terbentuk pelecehan seksual kepada dirimu sendiri dan orang lain”. Dan apabila target tidak mengatakannya, pada bagian kanan berisi pesan ”Tidak? Jika kamu tidak melawannya, maka kamu tidak mengurangi dampak pelecehan seksual dan membuat para pelaku tidak jera”. Pengharum ruangan akan terdapat sensor suara menggunakan Arduino, dimana ketika target berhasil mengatakan “kami tidak takut” maka sensor bunyi “sstt” tersebut akan berhenti, dan apabila tidak mengatakannya maka suara “sstt” tersebut tidak berhenti. “Terus terang mengikuti lomba ini sangat menambah wawasan bagi kami, kami menjadi lebih peduli terhadap kasus pelecehan wanita yang ternyata masih banyak terjadi, dan diajak berfikir bagaimana kami mengatasi permasalahan yang terjadi di masyarakat” tutup Febe dalam perbincangan konsep lomba yang dibawanya. (fa/dit)

Facebook Comments