SHARE

Isu tentang kesetaraan gender semakin ramai dibicarakan akhir-akhir ini. Adanya kesenjangan antara laki-laki dan perempuan membuat topik ini menjadi penting untuk mendapatkan atensi. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UK Petra mengadakan webinar bertajuk Egalite pada Jumat 30 April 2021. Adapun tema yang diangkat yaitu “Co-Exist: Collaborate in Equality, Existing the System”. Melalui tema tersebut, Egalite ingin mengajak anak muda, laki-laki dan perempuan, untuk berkolaborasi demi terciptanya kesetaraan gender.  

Berlangsung secara daring, webinar ini dimulai pukul 18.00 WIB melalui Zoom Meeting. Vanessa Wuryadinata, selaku ketua panitia Egalite, mengawali acara dengan sambutan. “Harapannya melalui acara ini teman-teman bisa saling berkolaborasi untuk keluar dari stigma-stigma negatif yang sudah lama ada di masyarakat,” ucap Vanessa.

Ada dua pembicara yang hadir dalam acara ini, yaitu Prof. Dr. Theresia Emy Susanti, Dra., MA., dan Jolene Marie Rotinsulu. Theresia merupakan Guru Besar Sosiologi Gender di Universitas Airlangga Surabaya. Sedangkan Jolene adalah Miss International Indonesia 2019 dan Puteri Indonesia Lingkungan 2019.

Emy menjelaskan tentang perbedaan antara seks dan gender. “Kalau seks itu berkaitan dengan kondisi biologis seseorang, sedangkan gender berkaitan dengan peran sosial seseorang,” ujar Emy. Sehingga, menurut Emy, peran antara laki-laki dan perempuan menjadi berbeda karena dibedakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, stigma ini sebenarnya bisa diubah. “Tapi, memperjuangkan hak perempuan bukan berarti menjadi anti laki-laki. Justru kita harus saling bekerja sama, supaya bisa mengubah stigma yang ada,” tambah Theresia.

Senada dengan Emy, Jolene merasa bahwa masih banyak terjadi ketidaksetaraan gender di ranah politik dan dunia hiburan. Tetapi, perempuan berusia 24 tahun ini yakin bahwa stigma negatif mengenai gender ini masih bisa diubah. “Kuncinya adalah kolaborasi dan diskusi, karena dengan mendiskusikan isu kesetaraan gender, maka kesadaran orang mengenai hal ini akan bertambah, ” ujar Jolene.

Selain itu, Theresia juga menambahkan bahwa perlu adanya komunikasi interpersonal yang baik, agar pengajaran tentang kesetaraan gender ini bisa berjalan dengan baik. “Kalau perlu, kampus bisa memfasilitasi untuk membuat pusat studi gender, supaya mahasiswa memiliki wadah untuk meningkatkan kesadaran mereka mengenai kesetaraan gender,” tambah Emy.

Seperti tema yang diangkat pada acara kali ini, sudah saatnya laki-laki dan perempuan saling berkolaborasi, dan keluar dari sistem lama yang sering menimbulkan ketidaksetaraan gender. (Pat/dit)

Facebook Comments