SHARE

Untuk memberikan kualitas pengajaran yang prima Universitas Kristen (UK) Petra mendirikan Excellence in Learning and Teaching Center (ELTC). Inaugurasi ELTC diadakan pada tanggal 26 Juni 2019 bersamaan dengan digelarnya Seminar Whole Person Education (WPE) pada tanggal 26-28 Juni 2019 di Ruang Konferensi 4 Gedung Radius Prawiro lantai 10.

Rektor UK Petra, Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng., dalam sambutan membuka seminar ini menyampaikan urgensi ELTC dan pemahaman atas WPE bagi para pengajar. Di era yang berubah dengan cepat ini, pemutakhiran cara belajar mengajar menjadi sangat penting. Kehadiran ELTC diharapkan meningkatkan kemampuan pengajar untuk bisa memberikan pendidikan berkualitas tinggi. Djwantoro mengatakan, “Our students are changing fast. So, we as teachers should also change fast”.

Aditya Nugraha, Ph.D., selaku Kepala ELTC menyampaikan bahwa hasil yang diharapkan adalah semakin banyak yang memahami tentang Whole Person Education. Menurut Aditya, dari Tri Dharma Pendidikan, yang menjadi perhatian ELTC adalah Pendidikan dan Pengajaran. Aditya mengatakan “Nanti audiensnya adalah para dosen. Kami memfasilitasi sehingga para dosen bisa ditingkatkan proses pembelajarannya. Mulai dari pembuatan kurikulum, pedagogi di kelas, class management, sampai dengan penggunaan media dan teknologi di kelas”

Seminar di hari pertama yang diikuti oleh dosen-dosen dan pejabat struktural dari berbagai instansi pendidikan tinggi di dalam negeri menghadirkan narasumber Roberto Conrado O. Guevara, Ph.D., dan Karen Diane Natera, MS., dari Ateneo de Manila University, Filipina. Roberto membawakan materi bertajuk “The Ministry of Education”. Sesi ini mengajak para peserta yang merupakan pendidik untuk merefleksi diri mengenai posisi sebagai pengajar. Menurut Roberto, pengajaran adalah sebuah perjalanan menuju wholeness (keutuhan).

Karen membawakan materi bertajuk “Foundations of Education”. Ia memaparkan bahwa ada tiga falsafah dasar edukasi, yaitu: esensialisme, progresivisme, serta social reconstructivism. Menurutnya untuk bisa menyelenggarakan WPE, maka para pengajar perlu memahami dan memakai pendekatan falsafah untuk secara utuh pengembangan para peserta didik. Sebagai penutup, Karen berpesan, “We should ask questions that students cannot google. If we present questions that they can google, they don’t need us”. (noel/padi)

Facebook Comments