SHARE

Batik merupakan sebuah karya budaya bangsa Indonesia yang wajib diwariskan turun temurun pada anak cucu agar tidak musnah. Setiap tanggal 2 Oktober telah ditetapkan sebagai hari batik nasional, sehingga pada tanggal tersebut beragam lapisan masyarakat Indonesia disarankan menggunakan busana batik. Akan tetapi bagaimana dengan teknik membatik? Apakah kita sudah mengerti benar mengenai teknik membatik ini. Teknik membatik ini perlu diajarkan pada generasi muda agar mereka tidak mudah melupakan asal usul batik ini. Ialah Pelatihan Batik Colet Bagi Siswa/i Sekolah Dasar (SD) di Surabaya digelar setiap hari sabtu selama bulan September 2017 sebagai salah satu upaya melestarikan teknik membatik bagi anak muda, khususnya dimulai dari sejak anak-anak. Gelaran ini merupakan bagian dari program Iptek Bagi Masyarakat (IbM) dari Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Program ini memberikan hibah senilai Rp. 40.000.000 yang dikerjakan selama satu tahun lamanya kepada tiga dosen Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra yaitu Dr. Laksmi Kusuma Wardani, S.Sn., M.Ds., Dra. Sriti Mayang Sari., M.Sn dan Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom.

“Hibah ini merupakan program lanjutan yang telah dilakukan saat para siswa tersebut masih duduk kelas lima SD. Kami bekerja sama dengan dua sekolah yaitu SDN Sidodadi II Surabaya dan SDN KIP 156 Simolawang. Sebenarnya yang perlu dilestarikan itu adalah teknik membatiknya sebab dengan kita tahu mengenai tekniknya maka anak-anak ini akan belajar kesabaran, urutan sebuah proses, ketekunan, ketelatenan, pengendalian diri, dan disiplin”, ungkap Dr. Laksmi Kusuma Wardani, S.Sn., M.Ds. Apa itu sebenarnya batik colet? Batik colet merupakan teknik menorehkan warna di atas kain menggunakan kuas seperti melukis, teknik ini belum banyak diketahui oleh masyarakat. “Teknik mencolet ini sesuai dengan target kegiatan yaitu siswa/i SD dan pada umumnya sesuai dengan karakteristik watak masyarakat Surabaya yang tegas, tidak sabaran dan lugas”, tambah Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom.

Banyak proses yang anak-anak SD ini lalui. Pertama kalinya, Laksmi bersama tim dibantu beberapa mahasiswa Program Studi Desain Interior UKP mengajak mereka untuk mengenal lebih dalam pengrajin batik Jetis Sidoarjo dan aktivitas proses pembuatan batik. Belajar mengenal lebih dekat kearifan budaya yang masih dilestarikan dan mengetahui bagaimana batik bisa menjadi penghasilan tambahan sekaligus belajar berbagai macam motif yang ada. Kemudian anak-anak SD ini diajak ke Kebun Bibit untuk melihat secara langsung potensi alam yang bisa dijadikan motif untuk batik. Misalnya seperti hewan, tanaman atau pohon. Jadi mereka tidak dipaksa untuk terpaku pada motif tertentu saja. Lalu kemudian mereka mendapatkan tugas untuk membuat komposisi motif. Hasil terbaik, akan dijadikan sebagai model motif yang dipakai untuk proses selanjutnya.

Rangkaian terakhir dalam kegiatan ini dilaksanakan hari Jumat, 29 September 2017 mulai pukul 07.30-12.00 WIB di SDN KIP 156 Simolawang Jalan Simolawang II Barat no 45B, Simokerto, Surabaya. Tercatat 25 siswa dan 2 guru yang mengikuti pelatihan ini. Pada tahap ini, mereka belajar teknik colet dengan kuas pada komposisi motif yang sudah dicanting dengan pewarna rhemasol, kemudian dicelupkan dalam cairan fiksasi WGC (untuk mengunci warna), dijemur hingga kering, nglorod malam menggunakan air mendidih, membilas dengan air bersih kemudian dijemur. Ini adalah teknik sederhana yang mudah dipelajari siswa. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan pembelajaran batik dapat masuk dalam kurikulum belajar siswa Sekolah Dasar, khususnya bidang seni dan budaya. (Aj)

Facebook Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here