SHARE

Para mahasiswa Program Studi Desain Interior Universitas Kristen Petra (UK Petra) yang tergabung dalam mata kuliah Creativepreneurship menggelar pameran bertajuk Cre-mart. Pameran ini dilaksanakan pada 1-3 Juni 2018 di Kepomarket Galaxy Mall. Para mahasiswa yang merupakan gabungan dari dua kelas ini, memamerkan sekaligus menjual barang-barang hasil karya mereka selama satu semester. Sebelumnya para mahasiswa diminta bekerja sama dengan para pedagang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk mengangkat produk-produk tersebut dengan cara mengembangkan desain produknya.

Para mahasiswa terbagi atas 31 kelompok, 19 kelompok dari kelas Creativepreneurship A dan 12 kelompok  dari kelas Creativepreneurship B. Masing-masing kelompok terdiri dari lima hingga enam orang. Mata kuliah Creativepreneurship ini diampu oleh Yusita Kusumarini, S.Sn.,M.Sn. dan Mariana Wibowo, S.Sn., M.MT. Para mahasiswa harus melakukan riset terkait produk dan mengikuti bimbingan dengan dosen pembimbing. Bimbingan ini bertujuan supaya dosen dapat memberikan arahan dan membantu mengembangkan ide dari mahasiswa. Mahasiswa juga diminta membuat analisa produk berdasarkan situasi dan kondisi real UMKM. Pada saat pameran, mahasiswa UK Petra terbagi dalam empat booth yang terdiri dari berbagai macam produk di antaranya gantungan kunci, alat penerangan, tas, boneka rajut, jam dinding, dan lain-lain. Metode pendidikan Service Learning diaplikasikan dalam kuliah ini, di mana mahasiswa belajar melayani dan melayani untuk belajar. Mahasiswa membantu masyarakat secara langsung untuk memberikan solusi atas permasalahan yang ada. Dan dalam prosesnya, mahasiswa mendapatkan pembelajaran. “Dalam mata kuliah ini, mahasiswa tidak hanya belajar mendesain produk, tetapi melalui pameran ini mereka juga belajar menjadi seorang entrepreneur serta  bagaimana caranya memasarkan produk. Mereka sangat senang sekali saat barang dagangannya berhasil terjual,” ujar Mariana Wibowo, S.Sn., M.MT.

Savi, salah seorang mahasiswa peserta mata kuliah Creativepreneurship menceritakan pengalamannya. Mulanya, Savi bersama empat orang rekannya ditugaskan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dimiliki pelaku industri kreatif. Untuk menganalisa permasalahan tersebut, mereka diarahkan untuk melihatnya dari tiga aspek, yaitu: aspek lingkungan, sosial dan ekonomi. Di suatu industri kulit sepatu di Surabaya mereka melihat dari aspek lingkungan ada permasalahan dalam bentuk banyaknya limbah sisa kulit, yang dalam sebulannya bisa mencapai 50 kilogram. Mereka lantas memformulasikan solusi dalam bentuk membuat rancangan produk dan merek baru yang memanfaatkan bahan limbah sisa kulit tersebut. Produk yang mereka rancang berupa tote bag, clutch bag, aksesoris, tempat bolpoin, dan tempat kartu. Dari aspek sosial, solusi ini membuka lapangan pekerjaan baru. Kelompok savi mencari pekerja dan memberikan pelatihan kriya sehingga pekerja ini bisa menjadi pengrajin produk sesuai dengan desain mereka. Tidak berhenti di situ, mereka juga memikirkan aspek ekonomi untuk industri yang bersangkutan dalam bentuk proses pemasaran produk ini. Mereka memasarkan produk tersebut dengan merek ‘Kulaz’ yang merupakan singkatan dari ‘Kulit Lazarus’. Menurut Savi tugas ini memberinya pengalaman yang berharga, “Ternyata ide-ide kreatif itu bisa kita kembangkan ke berbagai hal, salah satunya ke bidang entrepreneurship yang justru bisa menambah nilai jual suatu barang” katanya.(noel,rut/padi)

Facebook Comments