SHARE

Kabar baik dan membanggakan kembali hadir dari mahasiswa Universitas Kristen Petra (UK Petra). Kali ini, empat mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi yang tergabung dalam dua tim meraih juara I dan III dalam kompetisi Communication in Action (COMIC) 2018 untuk cabang lomba E-Poster. Tim Faire beranggotakan Sarah Azaliah Karsa dan Lofina Junita, sedangkan tim Rinchel beranggotakan Sherin Fongana dan Natasya Rachel, keempatnya merupakan mahasiswa semester 5.

COMIC 2018 merupakan kompetisi tahunan yang diadakan oleh universitas Binus pada 6 Oktober 2018. COMIC 2018 terdiri dari tiga cabang lomba yaitu E-Poster, Video Campaign, dan Public Speaking. Tahun ini, tema yang diangkat adalah Stop Cyberbullying, isu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Cyberbullying yaitu suatu bentuk dari kekerasan non fisik yang dilakukan oleh orang – orang di dunia maya. Bentuk cyberbullying dapat berbagai macam, seperti ujaran kebencian di internet, unggahan foto yang mempermalukan orang lain, serta hinaan fisik, gender dan SARA di media sosial. Cyberbullying dapat menimbulkan banyak sekali akibat, mulai dari minder, depresi, bahkan bunuh diri. Dalam cabang lomba E-Poster, mereka dituntut untuk mendesain poster sebagai bentuk kepedulian dan menyebarkan bahaya tentang cyberbullying.

Tim Faire

Sebelumnya, pada 18-30 September 2018, peserta diminta mengumpulkan karyanya. Dari 36 kelompok yang mendaftar, sebanyak lima kelompok masuk ke babak final dan mempresentasikan karya mereka di hadapan para juri. Tim Faire membuat poster bergambarkan lemari terbuka yang berisi sepatu balet berdarah yang tergantung pada sebuah telepon genggam Sepatu balet melambangkan cita-cita atau impian dari seseorang. Sepatu balet dipilih karena identik dengan perempuan. Berdasarkan hasil riset, perempuan lebih rentan menjadi korban cyberbullying. Telepon genggam dipilih karena merupakan salah satu media yang digunakan untuk mengakses dunia maya, tempat terjadinya cyberbullying. Di dalam poster juga bertuliskan kata-kata “I Finally Stopped. #cyberbullykills”. Poster ini ditujukan bagi para pelaku cyberbullying agar lebih berhati-hati dalam berucap. “Pesan yang ingin kami sampaikan adalah cyberbullying memiliki dampak yang besar, bisa menghentikan impian seseorang, bahkan nyawa seseorang bisa hilang,” ujar Lofina Junita.

Tim Rinchel

Tim Rinchel terinspirasi dari beberapa teman mereka yang suka menyakiti diri dengan menyayat tangannya saat menghadapi tekanan. Pada posternya, mereka menggambarkan tangan seseorang yang penuh dengan luka sayat sedang menggenggam sebuah telepon genggam bertuliskan kata-kata cacian. Di poster juga tertulis kalimat “To you, those are just words. To them, it’s their whole life”. Poster ini ditujukan bagi anak-anak berusia 9-17 tahun yang merupakan usia sekolah, oleh sebab itu latar posternya diberi motif kayu sebagai simbol bangku sekolah. “Melalui poster ini kami ingin memperingatkan pelaku cyberbullying bahwa kata-kata yang kita ucapkan kepada orang lain itu sangat penting. Bagi kita mungkin itu hanya kata-kata biasa dan tidak berarti, tapi bagi orang lain bisa menjadi pencitraan,” jelas Natasya Rachel.

Awalnya mereka mengaku mengikuti kompetisi ini karena merupakan kewajiban dari mata kuliah advertising production, hasil karya mereka juga menjadi penilaian ujian tengah semester. Setelah mengikuti kompetisi ini, mereka berharap karya mereka dapat menumbuhkan kepedulian pada tindakan cyberbullying. “Sebelumnya saya belum pernah mengikuti kompetisi seperti ini, sehingga merasa tertantang untuk mencoba. Kami berharap melalui kompetisi ini, dapat membantu pemerintah melalui kementerian komunikasi dan informasi untuk mengkampanyekan bahaya cyberbullying,” ungkap Sarah Azaliah Karsa. (rut/dit)

Facebook Comments