SHARE

Kawasan Darmo merupakan salah satu kawasan bersejarah di kota Surabaya. Banyak bangunan lama bernilai sejarah tinggi yang termasuk cagar budaya berada di daerah yang strategis tersebut. Sayangnya keberadaan ruang terbuka hijau kurang menjadi perhatian. Hal inilah yang kemudian membuat mahasiswa Program Studi Arsitektur menggelar pameran hasil tugas mata kuliahnya yang bertajuk “Desain Tematik Fasilitas Seni dan Ruang Terbuka Hijau yang Berkelanjutan di Kawasan Darmo, Surabaya”. Pameran ini diselenggarakan di ruang pamer Perpustakaan UK Petra, gedung Radius Prawiro lantai 6 mulai 1 hingga 31 Maret 2018.

Pameran menampilkan 66 karya desain bangunan fasilitas seni dan komersial yang bersifat publik di Kawasan Darmo, tepatnya di tepi Jl. Dr. Sutomo, berdekatan dengan lokasi Taman Korea. Pameran ini dilakukan dalam rangka mewujudkan visi dan misi Prodi Arsitektur terutama terkait dengan wawasan pembangunan berkelanjutan, nilai-nilai budaya lokal, dan kreativitas desain untuk berempati kebutuhan manusia. “Kawasan Darmo dipilih karena merupakan salah satu bagian dari wilayah kota Surabaya yang posisinya sangat strategis untuk pengembangan kegiatan komersial perkotaan. Selain itu, ditinjau dari tatanan makro, kawasan Darmo memiliki simpul ruang luar terbuka yang sangat kuat,” jelas Rully Damayanti, ST, M.Art, Ph.D. Pameran ini merupakan kumpulan hasil karya mahasiswa dalam Mata Kuliah Merancang Tematik yang diampu oleh Ir. Benny Poerbantanoe, MSP dan Rully Damayanti, ST, M.Art, Ph.D.

Mahasiswa harus melalui dua tahapan yaitu pembuatan blok plan dan desain bangunan secara individual. Tahap pertama melakukan desain kawasan yang mana merupakan tugas kelompok dilaksanakan selama 5 minggu kemudian dilanjutkan mendesain bangunan individu yang dikerjakan selama 10 minggu. Mereka diminta mendesain bangunan dengan memperhatikan faktor sosial-ekonomi dan lingkungan di kawasan ini. “Dengan adanya tugas ini maka diharapkan para arsitek muda akan memperhatikan kelestarian ruang terbuka hijau dan kaitan satu sama lainnya agar bangunan di kawasan perkotaan tidak bersifat egois. Harus membuat desain yang menyikapi aspek-aspek kota dan permasalahannya seperti sejarah kawasan dan bangunan bersejarah,” terang Rully.

Salah satu karya mahasiswa yang dipamerkan adalah karya Loundy Lompoliuw dan kawan-kawan. Mereka mendesain dan merancang maket berskala 1:500 yang terdiri dari art galery, hotel, dan apartemen. Selain itu, bangunan ini juga dilengkapi fasilitas kantor seni, area pertunjukan, taman bermain dan area khusus pedagang kaki lima. Keunikan lainnya adalah semua mobil akan diarahkan untuk melewati basement, sehingga yang melewati area sekitar gedung ini adalah sepeda dan pejalan kaki. “Kami sadar bahwa disana masih banyak ruang hijau, pengguna sepeda, pejalan kaki, dan terdapat beberapa sekolah dasar, oleh karena itu kami mendesain kawasan darmo ini sekaligus menjawab kebutuhan-kebutuhan tersebut,” ungkap Loundy Lompoliuw, mahasiswa semester tujuh ini. (rut/Aj)

Facebook Comments