SHARE

Di hari kedua pelaksanaan Asian University President Forum (AUPF) ke-17, pada 7 November 2018, peserta menghadiri plenary session, talkshow, dan parallel session. Kegiatan ini dilaksanakan di auditorium kampus timur Universitas Kristen Petra (UK Petra). Suara musik tradisional mengalun mengiringi 30 penari yang melenggak-lenggok menyambut kedatangan para peserta AUPF 2018 di UK Petra. Tarian Etnik Mira Pote, yang merupakan tarian selamat datang dari wilayah Madura untuk menyambut tamu kehormatan, dengan diiringi alat musik khas madura yang bernama tong-tong. Tarian ini menceritakan tentang sopan santun rakyat Madura dalam mempersilakan tamu yang biasa disebut nyaleser.

Rektor UK Petra, Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng., menyambut hangat kedatangan 122 delegasi yang berasal dari 62 perguruan tinggi Asia ke kampus UK Petra. Tahun ini, tema yang dipilih adalah “Disruption at The Cross Roads : Innovative Enggagement and Future Challenges for Higher Education”. Tema ini dipilih karena saat ini dunia telah berubah sedemikian pesat, bahkan sering kali perubahan itu mengejutkan. Era perubahan ini sering kali dikenal sebagai era “Disruption”, dimana banyak sektor dan bidang yang terpengaruh, tidak terkecuali pendidikan. Isu tentang perubahan (disruption) ini menjadi tantangan tersendiri yang tepat untuk dibahas dan dipecahkan bersama, khususnya di wilayah Asia yang makin berkembang.

“Kami mengharapkan konferensi ini dapat menjadi sarana bagi para peserta, terutama pemimpin pendidikan tinggi di Asia untuk saling bertukar pikiran, mendapatkan masukan, dan membangun relasi,” ungkap Djwantoro Hardjito

Dr. Jiao Fangtai, mewakili sekretariat tetap AUPF mengungkapkan, pada awalnya, AUPF berasal dari kerjasama antara empat universitas di China dan Thailand. Saat ini AUPF telah menjadi forum dan sarana untuk meningkatkan kerja sama diantara universitas-universitas di Asia. “Salah satu hasil kerja sama antar anggota AUPF adalah Asian Summer Program (ASP) yang diajukan oleh Dongseo University pada tahun 2012. Sejak saat itu, ASP telah menjadi kegiatan tahunan, dan lebih dari 200 mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan ini,” ungkap Jiao Fangtai yang juga Wakil Rektor Guangdong University of Foreign Studies ini.

Dalam kesempatan ini, Prof. Ainun Na’im, Ph.D., selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi hadir sebagai keynote speaker. Negara-negara di Asia sedang bertumbuh, jika berbicara mengenai pertumbuhan termasuk kualitas kehidupan, pendidikan menjadi faktor yang paling penting, tidak terkecuali pendidikan tinggi. “Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sangat mendukung terselenggaranya Asian University President Forum, termasuk kegiatan-kegiatan lain yang serupa yang diatur oleh forum ini,” ujar  Ainun Na’im.

Pendidikan Tinggi di Indonesia memiliki hak bebas untuk membuka program-program baru yang relevan dengan komunitas dan industri. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi juga memfasilitasi dan mendukung universitas-universitas untuk memiliki cara baru dalam melakukan penelitian, mengembangkan teknologi baru dan memperbaiki kualitas pendidikan. Selain itu, pemerintah mendukung dan memfasilitasi perguruan tinggi untuk bekerja sama dengan industri, salah satu caranya adalah mahasiswa melakukan magang supaya siap memasuki dunia kerja. Kedepan pemerintah Indonesia akan terus mendukung universitas-universitas untuk memasuki globalisasi, meningkatkan kerja sama internasional dalam upaya untuk meningkatkan kualitas publikasi bagi dosen dan mahasiswa. (rut/dit)

 

 

Facebook Comments