SHARE

Kegiatan perguruan tinggi di Indonesia berpedoman pada Tridarma Perguruan Tinggi yang terdiri dari pendidikan; penelitian dan pengembangan; serta pengabdian pada masyarakat. Penelitian merupakan bagian integral dari sebuah institusi perguruan tinggi, untuk itu diperlukan sebuah sistem yang mudah diakses dan mampu mengakomodasi kebutuhan akademisi dan masyarakat pada umumnya.

Sistem scholarly communication (komunikasi akademis) adalah sebuah sistem dimana penelitian dan tulisan ilmiah dibuat, dievaluasi, disebarluaskan ke semua komunitas ilmiah, disimpan, dan dilestarikan untuk dapat digunakan di masa depan.

Isu aktual terkait dengan scholarly communication saat ini adalah pustakawan perguruan tinggi di Indonesia tidak hanya dapat menggunakan repositori atau tempat penyimpanan digital di masing-masing perguruan tinggi, tetapi juga dapat mengintegrasikan koleksinya ke dalam repositori nasional. Berbagai institusi memfasilitasi respositori nasional ini, diantaranya adalah Indonesia One Search (IOS) dari Perpustakaan Nasional, SINTA dan Arjuna dari Kementerian riset dan teknologi pendidkan tinggi (Kemenristekdikti), dengan wahana dan besaran penyimpanan yang berbeda-beda.

Untuk mengkaji isu ini secara mendalam, Perpustakaan Universitas Kristen (UK) Petra menyelenggarakan seminar bertajuk “Scholarly Communication pada Perguruan Tinggi: Perspektif Pustakawan dan Peneliti”. Seminar yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juli 2018 di Ruang Konferensi IV Gedung Radius Prawiro. Seminar ini menghadirkan empat narasumber,  yaitu Dr. Lukman, S.T., M.Hum., Kepala Sub Direktorat Fasilitas Jurnal Ilmiah, Kemenristekdikti yang juga merupakan anggota Tim Pengembang Portal Science and Technology Index (SINTA). Pembicara kedua yaitu Dr. Dra. Luki Wijayanti, SIP., M.Hum., dosen Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia. Pembicara ketiga yaitu Ismail Fahmi, Ph.D., Inisiator Indonesia One Search (IOS), dan pembicara terakhir yaitu Aditya Nugraha, S.T., M.S., pustakawan Universitas Kristen Petra, inisiator koleksi digital Desa Informasi UK Petra.

Dr. Lukman sebagai pengembang program SINTA, memperkenalkannya sebagai wahana akreditasi jurnal Indonesia yang diinisiasi oleh Kemenristekdikti. Menurutnya, SINTA adalah wahana pendataan, pemetaan, pengukuran kinerja publikasi, sitasi atau pengutipan ilmiah, kekayaan intelektual hasil penelitian dan pengabdian masyarakat untuk diseminasi dan pengakuan kinerja penelitian di Indonesia. SINTA memungkinkan pengelola jurnal di Indonesia untuk meningkatkan kualitas dan kredibilitas. “Tugas pustakawan untuk meningkatkan kredibilitas jurnal adalah mengedukasi literasi sitasi, mencegah plagiat, serta mencegah kesalahan penulisan,” ujar Lukman.

Hal ini sejalan dengan pemaparan Luki di sesi selanjutnya, yaitu pustakawan diharapkan mendampingi peneliti dalam mempublikasikan karya ilmiah. Kegiatan menerbitkan penelitian dalam jurnal secara teknis membutuhkan pengetahuan mendalam atas karakteristik jurnal serta aturan-aturannya, dalam hal ini peran pustakawan sangatlah penting.

Pada sesi ketiga, Ismail memperkenalkan IOS sebagai wahana tunggal untuk pencarian jurnal Indonesia. IOS dimaksudkan untuk meningkatkan sinergi berbagai sumber publikasi ilmiah untuk membantu penelitian. Di sesi terakhir, Aditya memaparkan penelitiannya tentang institutional repository, sebuah situs penyimpanan karya akademis. Penelitiannya dilatarbelakangi adanya regulasi dari Kemenristekdikti yang mendorong perguruan tinggi untuk mengembangkan repositori masing-masing. Aditya menyampaikan harapannya untuk repositori UK Petra yang dikenal dengan Desa Informasi, yaitu “Kekayaan intelektual UK Petra yang unik ini bisa terekam lebih baik dan bisa ditemukan kembali oleh publik di masa mendatang”. (noel/dit)

Facebook Comments