SHARE

Konferensi Internasional “Chinese Indonesian Cultural Heritage 2021” secara resmi dibuka pada 12 Juni 2021 oleh Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng., selaku Rektor Universitas Kristen Petra (UK Petra). Lebih dari 100 peserta datang dari berbagai kota di Indonesia maupun luar negeri, diantaranya New Zealand, Malaysia, Tiongkok Daratan dan Taiwan, bahkan dari Amerika. Konferensi online ini diselenggarakan oleh Program Studi Bahasa Mandarin UK Petra, bekerja sama dengan Pusat Studi Indonesia Tionghoa, yang lebih dikenal dengan nama Center for Chinese-Indonesian Studies (CCIS), didukung oleh Magister Sastra dan Program Studi Arsitektur UK Petra. Konferensi ini mengambil tema yaitu “Rejuvenating Chinese Indonesian Cultural Heritage”.

Acara dipandu oleh Andhiyustina, mahasiswa Pasca Sarjana Magister Sastra dan Bryan, mahasiswa Prodi Bahasa Mandarin. Dalam sambutan pembukaan, Dwi Setiawan, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra menyambut kedatangan para peserta dengan hangat, serta mengapresiasi prodi Bahasa Mandarin yang telah bekerja keras di masa-masa sulit melawan Covid-19, demi terselenggaranya Konferensi Internasional ini. Selain merayakan HUT UK Petra yang ke-60, Konferensi ini juga diadakan dalam rangka merayakan HUT Prodi Bahasa Mandarin yang ke-20.

Dalam konferensi hadir lima keynote speaker yang kepakarannya di bidang Indonesia Tionghoa sudah tidak perlu diragukan lagi, diantaranya adalah Prof. Leo Suryadinata dari Institute of South East Asian Studies Singapore, Prof. Guo Xi dari National Center for Overseas Huayu Research at Jinan University Tiongkok, Prof. Danny Wong Tze Ken dari Faculty of Arts and Social Science, University of Malaya Malaysia, Dr. Tod Jones dari School of Design and the Built Environment, Curtin University Western Australia, serta Prof. Esther Kuntjara, Ketua CCIS UK Petra. Selain keynote speaker, Mr. Lie Huihan, selaku pendiri dan CEO “My China Roots, Ltd.” dari Tiongkok juga berbagi ilmu sebagai Guest Speaker.

Terdapat juga sesi paralel, peserta dapat memilih breakout room sesuai dengan topik pilihannya. Terdapat tujuh ruang, terdiri dari lima ruang untuk Cultural Topics, dan dua ruang untuk Arsitektur. Selama 90 menit, selain mendengarkan paparan dari 22 orang pemakalah, peserta juga terlibat dalam diskusi.

Pada akhir acara, Elisa Christiana, B.A., M.A., M.Pd., selaku Ketua Panitia menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua peserta, yang telah dengan setia mengikuti acara mulai dari pukul 9 pagi hingga sore hari. Sebagai kesimpulan, Ketua Prodi Bahasa Mandarin ini menyatakan, “Warisan Sejarah patut dipelihara dan dilestarikan, agar generasi muda mengenal sejarah, karena pengenalan ini berkaitan dengan penemuan identitas diri yang diperlukan oleh semua orang. Selain itu, budaya Indonesia Tionghoa ikut memperkaya budaya Indonesia yang multikultural, yang akan membuat Indonesia semakin indah.” (pnt/Aj)

Facebook Comments