SHARE

Titik Lebur, itulah judul karya Angel Gabriella Kusuma yang berhasil meraih juara satu tingkat nasional sekaligus menjadikannya sebagai salah satu wakil Indonesia dalam ajang kompetisi bertajuk 10th Asian Contest of Architectural Rookie’s Awards (ACARA) 2021 pada tanggal 21 November 2021 yang akan datang secara daring.

“Tidak percaya. Tetapi Puji Tuhan dan saya sangat bersyukur bisa menjadi wakil Indonesia dalam ajang ini. Sehingga saya memiliki pengalaman yang baru.”, ujar Angel.

Gadis semester 7 dari Program Studi (Prodi) Arsitektur UK Petra ini sangat gembira bisa mewakili kampusnya apalagi membawa nama Indonesia hingga kancah internasional. Kini ia mempersiapkan banyak hal termasuk membuat maket untuk karya yang diusungnya itu.

Dalam seleksi tingkat nasional Indonesia yang di gelar oleh Universitas Atmajaya, Yogyakarta bulan September lalu, Angel harus bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa Arsitektur Perguruan Tinggi swasta dan negeri dari seluruh Indonesia. Mulai dari Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bali, Pekanbaru, Jakarta dan lain-lain. Setelah melalui beberapa tahapan penjurian, 10 karya terbaik termasuk Angel harus presentasi menggunakan Bahasa Inggris di depan para juri.

“Titik Lebur, Sociopreneur-Society” yang akan dibawa Angel dalam ajang bergengsi di Asia tersebut yang kebetulan di gelar di UK Petra, Surabaya. Titik lebur merupakan balai pemuda yang berfungsi sebagai wadah sociopreneur bekerja dan berlatih. Sociopreneur yang dimaksud adalah usaha bisnis yang berbasis sosial dan teknologi. Pemilihan fungsi ini didasarkan dari analisis site yang dilakukan. Mahasiswi angkatan 2018 ini mengambil contoh rancangan karyanya dari sebuah lahan kosong sekitar 3.459 m2 yang berlokasi di jalan Taman Apsari, Surabaya dengan nilai histori yang sangat kuat. “Dari hasil analisa, dulunya disitu ada pertokoan khas tua di jalan Tunjungan tetapi seiring berjalannya waktu mulai menghilang akibat muncul pusat perdagangan modern yaitu Tunjungan Plaza. Melihat ini saya tertarik untuk menggabungkan anak muda berjiwa sociopreneur dengan UMKM agar dapat “melebur” dan bekerja bersama. Sehingga bisnis-bisnis kecil tidak hilang akibat tertinggal oleh teknologi”, rinci Angel.

Setelah menganalisa sitenya, Angel merancang kegiatan utama bangunannya adalah kegiatan sociopreneur. Tujuannya sebagai wadah para pemuda untuk menjadi sociopreneur dan mempertemukan dengan masyarakat utamanya UMKM. Fasilitas yang disediakan untuk mendukung kegiatan tersebut adalah meeting room, lab komputer, co working space, amphitheater, dan workshop, perpustakaan, studio foto. Sedangkan untuk konsep bangunannya sendiri ingin menampilkan ekspresi dan impresi dari karakter sociopreneur dan jiwa Surabaya secara simbolik melalui bentuk dan juga ruangnya. Uniknya bentuk bangunannya segitiga yang artinya proses perlahan menuju 1 titik.

Atapnya berbentuk lengkung dan bangunannya sunken/diturunkan hingga basement, untuk menunjukkan kesan “humble” dengan lingkungan sekitarnya. Angel memilih struktur menggunakan glulam dengan struktur grid yang menciptakan bentang lebar, sehingga tercipta kesan ruang yang luas dan terbuka. Sedangkan pencahayaannya terdapat skylight yang digunakan untuk meng highlight amphitheater di dalam bangunan. “Kenapa di highlight? karena untuk menegaskan area dimana sociopreneur bertemu dan melebur dengan masyarakat”, tambah Angel.

Persiapan terus dilakukan Angel dengan matang, salah satunya juga berlatih dengan para dosen. Ia mendetailkan kembali konsep yang dipresentasikan terutama untuk ruang dalam bangunan dengan menambahkan perspektif ruang-ruang yang menunjang konsep. Ia berharap bisa menjadi juara seperti senior sebelumnya dan mengalahkan peserta dari negara seperti China, Japan, Korea, Laos, Vietnam, Singapore, Indonesia, Kazakhstan, Myanmar, Thailand, Kamboja, hingga Malaysia. (Aj/dit)

Facebook Comments