SHARE

Membantu secara nyata. Dua orang mahasiswa program studi (prodi) Teknik Elektro UK Petra membuat pengembangan Teknologi Urban Farming berbasis Internet of Things (IoT) di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Wanita Serpis. Kegiatan ini merupakan bagian dari LEAP (Leadership Enhancement Program) yang merupakan aplikasi dari MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) di kampus UK Petra.

Kedua mahasiswa ini adalah Sih Kawuryan Yulianes Kufa dan Gregorio Diovani Wahanie, angkatan 2018. “Jadi para mahasiswa ini membuat membuat proyek sistem penyiraman tanaman secara otomatis, pengkabutan ruang green house serta pendeteksi kadar air pada bak hidroponik bertenaga surya yang dapat dimonitor dan dikontrol secara jarak jauh. Jadi bisa di kontrol menggunakan gadget android.”, urai Dr. Ing. Indar Sugiarto, S.T., M.Sc., selaku salah satu dosen pembimbing lapangan.

Berlokasi di jalan Jemursari V lapangan Fasum Belakang SMAN 10 Jemurwonosari, Wonocolo, Surabaya para mahasiswa UK Petra mengerjakan proyek ini selama lima bulan. Terhitung sejak bulan Agustus-Desember 2021.

Kebun bernama “SERPIS Kebun Kita” itu memiliki luas sekitar 27 x 10 meter yang di dalamnya terdapat media bercocok tanam organik seluas 6 x 4 meter dengan dua bangunan greenhouse untuk media tanam hidroponik dengan masing-masing luasnya 5,6 x 8 meter dan 4 x 8 meter.

Berbekal bantuan dana dari kampus sejumlah Rp 10 juta, para mahasiswa kemudian melakukan berbagai uji coba. Sebelumnya mereka juga melakukan survei terlebih dahulu sehingga karya yang mereka sesuai dengan kebutuhan.

Sih Kawuryan Yulianes Kufa atau yang akrab dipanggil Yeka merinci totalnya membuat lima rancang bangun sistem dan website. Lima rancang bangun sistem itu terdiri dari satu Sistem PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya), satu Sistem Penyiraman Tanaman Media Tanah Otomatis, Sistem Pengkabutan serta Pendeteksi Kadar Air pada Bak Hidroponik untuk dua Ruang Greenhouse dan sebuah Aplikasi “SERPIS” berbasis Android  sebagai dashboard kontrol dan monitor sistem.

“Kelompok kami menemukan masalah utamanya terletak pada kesulitan mengukur suhu yang tepat dalam ruang greenhouse agar tanaman Hidroponik itu tidak cepat rusak serta lokasinya yang jauh dari rumah.”, urai Yeka.

Yeka dan Gregorio memanfaatkan dua unit panel tenaga surya yang sudah ada, dengan pemrograman maka penyemprotan dan pengukuran kelembaban tanah bisa dijalankan secara otomatis.

“Sehingga jika alat mendeteksi tanah kering maka secara otomatis air akan keluar dan menyirami tanaman hidroponik itu. Dan semuanya itu bisa di kontrol melalui aplikasi yang dinamai SERPIS dengan menggunakan bahasa pemrograman Java. , tambah Gregorio

Penamaan aplikasi memang sengaja dibuat sesuai dengan nama asli komunitas ini yaitu SERPIS, yang merupakan sebuah dashboard bagi pengurus komunitas untuk melakukan monitoring dan kontrol sistem penyiraman Otomatis serta sistem pengabutan.

Tak hanya itu saja, website yang telah dibuat oleh Yeka dan tim ini berencana akan dijadikan e-commerce (market place) supaya produk-produk dari KRPL SERPIS bisa dijual secara online. Menariknya di sela acara serah terima, Walikota Surabaya, Eri Cahyadi, S.T., M.T., hadir menilik lokasi. “Sebuah kolaborasi yang bagus dari UK Petra dengan membantu secara langsung memaksimalkan fasilitas umum pemerintah yang dikelola oleh ibu-ibu SERPIS di sini. Saya meminta rektor UK Petra untuk terus mendukung.”, urai Eri.

Facebook Comments